zwei und dreißig

85 9 0
                                    

Beberapa tahun lalu, di sebuah kota yang begitu ramai.

Seorang bocah laki laki berusia lima tahun yang sedang menggandeng seorang gadis berusia sembilan tahun, terlihat sedang menikmati keindahan ditengah tengah ramainya kota.

Mereka terlihat sangat bahagia saat itu. "Ne Nee-san! Aku ingin permen kapas itu!" Pekik anak lelaki berusia lima tahun itu kepada kakaknya.

"Hmm, tidak boleh! Nanti sakit gigi." Jawab sang kakak.

"Ehh, selalu saja seperti itu!" Cemberut sang adik.

Sang kakak yang gemas pun mencubit gemas pipi adiknya itu, dan terkekeh.

"Baiklah baiklah! Untung saja tadi, Nee-san mengambil beberapa uang Tou-san! Hahaha!" Tawa sang kakak yang renyah dan diikuti oleh sang adik yang juga se frekuensi.

"Yeayyy!! Aku sayang Nora Nee-san!" Pekik sang adik senang dan segera mengecup sayang pipi kakaknya.

"Hmm baiklah. Tunggu disini ya! Jangan kemana mana!" Peringat sang mencubit hidung adiknya gemas, sebelum ia pergi berlalu ke arah tempat jualan permen kapas.

Saat menunggu kakaknya yang sedang membeli permen kapas, bocah lima tahun itu menangkap pandangannya kearah kedai boneka tak jauh disana.

Dengan lari kecil, bocah berusia lima tahun itu segera pergi ke kedai boneka itu, tanpa mendengarkan perkataan kakaknya untuk jangan kemana mana.

"Wuahhh" Pukaunya saat telah sampai didepan boneka boneka yang lucu itu.

Ia melihat sebuah boneka serigala berwarna hitam yang membuatnya terkikik. "Lucu! Seperti Nora Nee-san!"

Dengan tangan mungilnya, ia perlahan menggapai boneka kecil itu dan melihatnya lebih dekat.

"Andai saja Aaric punya uang.. Pasti Aaric akan membelikan boneka ini untuk Nora Nee-san." Ucap bocah itu sedih menatap boneka serigala yang berada ditangannya.

Saat masih asik asikkan melihat lihat boneka itu, tiba tiba sang penjual dari kedai itu keluar dan segera menendang bocah itu.

"Akhkkk!" Pekik bocah itu kini telah tersungkur di tanah.

"Dasar bocah Eldia! Kau mau mencuri ya!?" Bentak sang penjual mengundang perhatian beberapa orang disana.

Bocah itupun merasa takut dan tubuhnya mulai gemetar. "Ti-tidak paman! Aaric tidak berniat mencuri boneka-

"Halah banyak ngomong!" Nimbrung salah satu pria.

"Hei kau dasar bocah sampah! Berani beraninya mencuri disini" Ucap salah satu penjual lainnya yang langsung melayangkan tinjunya kepada bocah.

"Sudahlah, kita langsung hajar saja bocah Eldia ini!"

"Ya ya! Jangan beri ampun!"

"M-maaf tuan! Aaric mohon! Aaric tidak mencuri! Tolong ampuni Aaric!" Tubuh bocah itu sudah bergetar hebat, air mata mulai keluar dari kedua matanya.

"Dasar! Bahkan masih kecil saja sudah tau mencuri!"

"Dasar Eldia!"

"Kau tak pantas berada disini!"

Nora Nee-san! Kau dimana!? Tolong Aaric! Aaric takut!

"Hadeh, dimana lagi bocah itu!"

"Bukankah sudah kubilang untuk menunggu!" Gumam seorang gadis berusia sembilan tahun itu yang sudah membawa permen kapas di tangannya.

Pandangannya tertuju kearah ramai ramai orang tak jauh dari sana sedang berkerumun. "Ada apa itu?"

𝐃𝐄𝐈𝐍𝐄 𝐀𝐍𝐖𝐄𝐒𝐄𝐍𝐇𝐄𝐈𝐓 | 𝐑𝐄𝐈𝐍𝐄𝐑 𝐁𝐑𝐀𝐔𝐍✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang