sieben und dreißig

99 13 0
                                    

Kenapa, sedikitpun buing buing itu tak mengenai diriku dan Rolan!?

"Oi Nyx, kau baik baik saja!?" Tanya Rolan kepadanya, dan membantu Nyx untuk duduk.

"Hm, sepertinya kakiku tak sekedar patah, namun hancur." Ucap Nyx menahan kesakitan itu.

"Sebentar!" Ucap Rolan dan merogoh sakunya, mengambil sebuah perban disana.

"Biar aku memperban kakimu, hanya untuk sementara!" Kata Rolan dan berjongkok di hadapan Nyx.

"Sebaiknya kau potong saja. Kakiku sepertinya sudah tidak bisa kembali sempurna lagi." Ucap Nyx dengan entengnya, namun diselimuti rasa sakit.

Rolan bergidik ngeri mendengarnya.

"Itu hal yang gila!"

Rolan perlahan melepaskan sepatu butu milik Nyx, dan memperhatikan kondisi kaki wanita itu.

"Kakimu terlihat lumayan baik baik saja, tapi kuyakin dalamnya pasti tidak. Lihat saja! Pergelangan kakimu sekarang bengkok!" Rolan mengomel sendiri.

Nyx hanya menatapnya sekilas, membiarkan Rolan melakukan sesuatu kepada kaki kirinya.

Pandangannya tertuju kepada pecahan kaca yang menunjukkan langsung wajahnya, dan betapa kaget dirinya ketika melihat mata kanannya yang telah berubah warna, berwarna merah!?

"Apa yang terjadi pada mataku!?" Gumam Nyx mengangkat pecahan kaca itu dan melihat matanya dari pantulan kaca itu lebih dekat.

Rolan juga ikut menengok. "Itu yang membuatku kaget juga! Kenapa matamu bisa berubah-!" Rolan terkejut dan menyadari sesuatu.

"Nyx! Coba lihat liontinmu!" Ujar Rolan menyuruh Nyx untuk melihat kalung liontin yang berada di lehernya.

Dengan segera pula Nyx mengambil liontin itu, dan terkesiap kala melihat batu liontinnya tidak lagi berwarna merah. "Apa apaan?"

"Jangan jangan itu adalah kekuatanmu! Kekuatan dari liontin itu!"

"Dan.. Itu yang membuat kita berdua tidak mati!" Jelas Rolan memasang wajah terpukau.

Nyx yang mendengar ucapan Rolan juga ikut memikirkannya... Tapi apa? Apa kekuatan sebenarnya?

"Aku masih tak mengerti." Gumam Nyx yang masih terus memandang mata kanannya.

"Kupikir, untung sekarang jangan terlalu dipikirkan. Kita bisa menyuruh Hange-san menelitinya nanti, dan bersyukur jika kita masih hidup saat ini! Kita fokus dulu kepada tujuan- tunggu dimana Hange-san!?"

...

Kini tersisa pasukan Levi yang dengan berpikir keras untuk mencoba menghentikan titan kolosal yang segera akan mendekati tembok.

Mereka telah mencoba berbagai cara, tapi nihil. Titan kolosal bukanlah lawan yang cocok bagi mereka yang hanya secuil seperti upil untuk melawan raksasa yang bahkan tingginya melebihi tembok.

Selain Armin. Mikasa, Jean, Sasha dan Connie, tujuan mereka ada pada Reiner, berencana menahannya untuk tidak mendekati Bertholdt.

Sedangkan Armin, pria itu mendekati Eren untuk membangunkannya dan sepertinya Armin memiliki sebuah rencana.

Pasukan Levi yang tersisa mulai menyerang armor titan, tapi malahan armor titan tidak menanggapi mereka dan terus berlari, sepertinya menuju ke tempat Eren.

"Jangan biarkan dia pergi menuju Eren!" Ucap Mikasa segera mengejar armor titan.

Hingga akhirnya gadis Ackerman itu berhasil melumpuhkan kakinya dengan tombak petir, membuat armor titan itu terjatuh.

𝐃𝐄𝐈𝐍𝐄 𝐀𝐍𝐖𝐄𝐒𝐄𝐍𝐇𝐄𝐈𝐓 | 𝐑𝐄𝐈𝐍𝐄𝐑 𝐁𝐑𝐀𝐔𝐍✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang