One: Hari Baru

3 3 2
                                    

a/n
Sebelumnya mau bilang kalo cerita ini sengaja aku atur tanpa font miring dan tebal. Mungkin ada beberapa, tapi nggak semuanya.

Happy Reading!

...

Zara berdiri selepas matanya menangkap kendaraan roda empat mendekat. Masuk ke kendaraan itu berjalan menuju kursi paling belakang. Duduk di sana membuat hembusan angin langsung menyapa tubuh Zara.

Akhirnya ia menuju rumah setelah setengah jam Zara menunggu bus lewat.

Zara menyenderkan kepalanya ke kaca. Melihat sibuknya lalu lintas di luar sana. Sudah senja namun jalanan masih ramai.

Tubuhnya masih lelah setelah perjalanan lima jam semalam. Tiba dini hari tepatnya jam empat pagi dan sialnya mata Zara tak mau terpejam sampai matahari terbit. Tanpa jeda tidur Zara langsung berangkat ke Bhayangkara.

Bohong kalau ia bilang tubuhnya tak lelah. Juga tak bisa dipungkiri kalau pikirannya hampa. Banyak hal di kepalanya sampai sudah tak bisa termuat kembali.

Sesuatu yang menghangatkan tubuhnya membuat Zara menunduk. Jaket warna hitam menghalangi hembusan angin yang sedari tadi terasa.

Zara menoleh ke kiri.

"Lo murid Bhayangkara?"

Lelaki itu mengangguk. "Hm. Gue Liam anak Multimedia."

Zara mengangguk paham. Seragam Liam sama dengan seragamnya. "Gue--"

"Zara Anindira."

Zara tersentak. "Kok tahu?"

Liam melirik name tag yang terpasang di seragam Zara. "Jurusan apa?"

"Gue akuntansi," balas Zara.

Liam mengangguk kecil. Ia berdiri. "Gue duluan."

Zara ikut berdiri. Mengambil jaket yang menutupi tubuhnya. "Ini jaket lo--"

"Buat lo aja," potong Liam.

"Tapi--"

"Ngga apa-apa. Kasian tubuh lo kedinginan."

Lagi, Liam memotong ucapan Zara. "Gue duluan ya, Ra," ucap Liam.

Zara mengangguk pelan. "Iya."

Liam tersenyum tipis lalu berjalan keluar.

Zara menunduk melihat jaket hitam milik Liam. Tersenyum tipis.

Masih ada orang baik yang bahkan Zara sendiri tak memikirkan dirinya.

...

Zara memasukkan jaket hitam milik Liam ke paper bag ukuran sedang. Hari ini ia akan mengembalikan jaket itu. Walaupun Zara tak tahu di mana kelas Liam sebenarnya. Tapi tidak apa. Liam sudah dipastikan kelas sebelas dan jurusan Multimedia. Tak apa. Kelas sebelas multimedia hanya tiga kelas. Zara akan mengunjungi tiga kelas itu kalau ia tak juga bertemu Liam.

Zara kemudian mengambil tasnya lalu keluar kamar.

"Berangkat pagi, Mba?" tanya Zara melihat kakaknya memakai almamater.

Naura mengangguk. "Iya, Ra. Mba ada kelas pagi," balasnya tanpa menghadap Zara. Tangannya sibuk memasukkan tumpukkan buku ke tas.

"Yaudah ayo berangkat." Zara mengambil sepatu putihnya.

"Kamu ngga sarapan dulu?"

Zara menggeleng. "Enggak usah, Mba."

"Kamu sarapan dulu aja, Ra. Mba tungguin."

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang