Twenty Four: Will Be

0 1 0
                                    

Zara mengendurkan otot lehernya. Meluruskan kaki, akhirnya menyelesaikan sedikit dari laporan PKL yang harus dibuat. Laporan yang harus dikumpulkan sebelum PKL berakhir.

Zara tahu ini masih terlalu awal. Namun Zara memilih menyibukan diri dengan hal bermanfaat dari pada harus berdiam diri di kelas.

Sudah dua hari menjadi hari bebas. Teruntuk kelas sebelas tentunya. Dikarenakan sudah kurang tiga hari PKL dilaksanakan. Mereka berhak menerima waktu senggang, sebelum sibuk dengan dunia baru.

Namun Zara memanfaatkan waktu senggang itu menuju labkom akuntansi untuk menyicil laporan PKLnya.

Lab kom tidak sesepi yang Zara pikirkan. Buktinya kini hampir setengah komputer dipakai.

Zara mengemasi buku dan alat tulisnya. Kunjungannya sudah selesai di sini. Zara akan berkunjung lagi nanti, menyelesaikan laporannya.

Mengambil tas, lalu berdiri melangkahkan kaki menuju pintu keluar.

Namun, belum sampai langkah kelima, langkah Zara terhenti ketika tiba-tiba di hadapannya berdiri perempuan membawa tumpukan kertas dan tangan lain yang membawa satu cup minuman. Zara tak yakin apa minuman itu.

Namun tumpukan kertas yang dibawa mampu menjelaskan bahwa Devi akan melakukan hal yang sama seperti yang Zara lakukan.

Kontak mata keduanya terputus saat Devi terlebih dulu memalingkan wajah.

Zara tertegun. Sahabatnya itu agaknya masih marah.

Zara sadar betapa terkejutnya Devi. Zara juga tahu betapa bingungnya Devi. Apalagi sampai sekarang ia belum juga menjelaskan semuanya. Rasanya masih berat. Ia belum mampu mengulas kembali peristiwa dahulu. Kecelakaannya dengan Ersha dulu.

Langkah kaki yang terdengar membuat Zara menoleh.

Devi sudah pergi, duduk di barisan belakang.

Zara memperhatikan Devi dari jauh. Satu persatu tangan Devi mulai meletakkan kertas yang dibawanya, menyalakan komputer, lalu selanjutnya jari yang menari di atas keyboard.

Zara memejamkan matanya sebentar. Devi sama sekali tak menghiraukan kehadiran Zara.

Devi masih menjaga jarak darinya.

Zara sangat merasakan itu.

Menghela napas, Zara kembali melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

Semua pemikirannya lagi-lagi tak berujung. Akhirnya Zara tak bisa memutuskan apa yang harus ia lakukan. Karena kalaupun memberi tahu Devi yang sebenarnya, Zara tidak tahu apakah dirinya sanggup mengontrol diri.

Akhirnya memutuskan tak lagi memikirkan itu semua. Membiarkan semuanya berjalan.

Namun tanpa kedua perempuan itu-- Zara dan Devi ketahui, sedari mereka berpapasan, bahkan lebih dulu dari papasan itu, ada laki-laki yang duduk di pojok depan. Laki-laki yang memperhatikan semuanya.

Kecanggungan dan ketidak akuran Zara dan Devi.

Laki-laki yang tadinya sudah mendapatkan materi yang ia cari, tapi kini buyar memikirkan hal lain.

Hal lain, agar Ervin bisa mendamaikan Zara dan Devi.

...

Sejak pertemuan Zara dengan Citra, sampai sekarang Zara belum mendapat pesan dari ibunya lagi.

Hal terakhir yang berhubungan dengan ibu adalah saat pertemuan di cafe. Itu yang terakhir.

Dan Zara kini merasa sedikit putus asa saat tak ada lagi pesan-pesan dari Mama.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang