"ARGH!"
Liam memukul setir mobilnya keras. Menghela napas dalam, menyender putus asa.
Sudah pukul sembilan malam. Dan sampai saat ini Liam belum berhasil menemukan di mana keberadaan Zara.
Menyesali kesalahannya tak mengetahui panggilan dan pesan dari Zara tadi siang.
Satu pesan singkat berisi 'Li, gue butuh elo.' membuat Liam uring-uringan.
Liam telat menyadari pesan masuk itu. Petang ia baru melihat pesan itu. Telat. Sangat telat karena Zara mengirim pesan siang hari.
Tanpa berpikir dua kali segera putar balik ke Bhayangkara, dengan asumsi Zara mengirim pesan saat jam pelajaran. Berarti Zara di Bhayangkara saat mengirim pesan. Walaupun tahu sudah sangat terlambat lima jam dari pesan yang Zara kirim. Walau tahu kemungkinan Zara masih di Bhayangkara jam enam sore kecil.
Tapi Liam tetap ke Bhayangkara. Meninggalkan Celosia dan mengabaikan tugasnya yang belum seratus persen selesai.
Pesan singkat dari Zara punya banyak makna. Dan Liam tahu pesan itu bermakna dalam. Zara, memang sedang membutuhkannya.
Kemungkinan terbesar trauma Zara kambuh. Namun sepertinya kali ini keadaanya lebih buruk dari biasa. Karna Zara pernah mengatakan mencoba melawan traumanya sendiri. Dan sudah cukup lama Liam tak melihat Zara kambuh. Yang artinya Zara memang berhasil melawan sendiri. Tapi kali ini, Zara menghubunginya. Sepertinya keadaanya lebih buruk. Zara tak bisa sendiri. Dan Liam benci pemikiran itu. Semoga pemikiran itu tidak ada benarnya.
Berharap pemikirannya salah, karena sampai sekarang Liam belum bertemu Zara. Tidak tahu apa benar trauma Zara kambuh. Dan kalau iya, Liam sangat khawatir apa Zara sudah sembuh atau bagaimana.
"Ck."
Liam mengacak rambutnya frustasi. Mengambil ponsel yang tergeletak di kursi samping.
Menekan nomor Zara, menelpon untuk yang kesekian kalinya.
Sudah hampir lebih dari dua puluh kali Liam menghubungi nomor itu. Tapi tak juga ada respon.
"Ra... Jawab telfonnya."
Liam melempar ponsel ke kursi penumpang keras. Muak lagi-lagi mendengar suara operator yang menjawab.
Ia membuka jendela mobilnya.
Melongok ke luar, melihat ke jendela kamar Zara.
Terhitung sudah setengah jam mobil Liam terparkir di depan rumah Zara. Berharap tiba-tiba Zara keluar dari rumah itu. Namun nyatanya tidak.
Zara tak juga keluar dari rumah itu. Apalagi fakta rumah itu terlihat sepi. Juga mengingat satu jam yang lalu Liam sudah ke sini, sampai mengecek jendela kamar Zara. Menggedor jendela itu, namun tak ada balasan.
Sepertinya kali ini Zara juga belum ada di kamar.
"Ck. Ra, lo di mana sih?" tanya Liam khawatir.
Pikirannya melayang membayangkan bagaimana reaksi Naura. Apalagi nanti amarah ayahnya Zara mengetahui sampai malam seperti ini anaknya belum pulang.
Liam akhirnya menginjak pedal gas. Beranjak pergi meninggalkan rumah Zara. Kemana saja, asal ia berusaha dan tidak hanya diam.
Sementara tangan kananya mengendalikan setir mobil, tangan kiri Liam terulur mengambil ponselnya.
Kembali menekan nomor Zara. Berharap kali ini suara Zara yang menjawab.
Dilain sisi, cowok yang masih menggunakan seragam sekolah hanya duduk diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedikit Kisah dari ZEL
Teen FictionKarena bersama belum tentu menjadi miliknya. Perempuan bernama Zara Anindira, mau tak mau harus menghadapi takdirnya. Dari kepindahannya ke SMK Bhayangkara sampai akhirnya Zara bertemu Ervin. Untuk yang kedua kalinya, Zara mencoba mendekati laki...