Zara sudah rapi. Memakai rok hitam selutut dan t-shirt berwarna putih di lapisi cardigan hitam tanpa motif.
Paper bag berisi kado untuk Liam juga sudah. Tinggal menunggu Liam menjemput.
Namun, rasanya aneh. Aneh, saat Zara malah memikirkan apa yang terjadi di rooftop kemarin. Memikirkan Ervin, yang tiba-tiba saja mencium pipinya. Memikirkan Ervin, yang entah sejak kapan ada di rooftop dan merokok.
Sejauh yang Zara kenal, Ervin bukan perokok. Namun, apa yang Zara lihat kemarin membuat ia bertanya-tanya apakah keadaan Ervin lebih buruk dari yang ia kira. Sampai-sampai Ervin mengambil jalan salah dengan merokok.
Bertanya-tanya apakah masalah yang Ervin hadapi terlalu besar sampai cowok itu mengenal dengan benda tidak berguna itu.
Zara menggeleng. "Enggak. Gue nggak boleh mikir itu," ucapnya mencoba sadar.
Zara harus memikirkan Liam saat ini. Memikirkan cara membuat Liam bahagia hari ini. Bukan memikirkan Ervin. Bukan memikirkan apa yang terjadi pada Ervin.
Deringan ponsel membuat Zara mengambil benda pipih itu dari sling bagnya.
Ada pesan masuk dari Liam.
Gue udah di depan.
Zara menyimpan kembali ponselnya. Mengambil paper bag berisi kado untuk Liam, melangkahkan kaki ke luar rumah.
Tak lupa mengunci pintu, Zara lalu menyimpan kunci pintu itu di tasnya.
Matanya mengedarbmencari mobil Liam. Tak sampai lima menit sampai Zara menemukan mobil Liam di depan rumah. Ia lalu melangkah mendekati mobil Liam.
Tersenyum melihat pemiliknya ke luar.
Sama-sama memakai celana hitam dengan t-shirt putih. Karena memang Zara yang meminta. Meski awalnya Liam menolak. Namun, dengan segala bujukan cowok itu akhirnya mengiyakan.
Bedanya Liam memakai kemeja hitam sebagai outer bukan cardigan. Kemeja Liam yang digulung sampai siku membuat Zara bisa melihat jelas beberapa nadi Liam yang menonjol.
Zara menganga. "Wah. You look so handsome with that style," pujinya.
Liam tersenyum simpul. "You too."
"Gue? Masa gue ganteng sih. Lo mah--"
"Beautiful," ucap Liam tulus.
Zara terdiam melihat diri Liam yang lain.
Liam mendekat. Mengikis jarak antaranya dan Zara.
Zara tak mundur. Karena ia tahu Liam tak akan berbuat apa-apa.
Liam mengambil tangan Zara. "For today, let's make a wonderfull day. Just like we on a date, like other couple," ucapnya.
Zara tak bisa menjawab apa-apa selain mengangguk. Meski merasa sedikit aneh mendengar kata 'date'. Kata yang tak pernah ia dan Liam lakukan setelah mengubah status menjadi pacar.
"Today, you are my girlfriend. Not my friend," ucap Liam lagi.
Zara mengangguk pelan. "Yeah. We do what you wanna do," balasnya.
Liam mengelus surai Zara. "So, we start now?"
Zara mengangguk. "Sure."
Liam tersenyum. Ia membuka pintu mobil. Mempersilakan Zara masuk. "Silakan, girlfriend," ucapnya.
Zara terkekeh kecil. Ia lalu mengangguk. "Thank you, Liam," balasnya lalu masuk. Liam masih sama. Meletakkan tangan di atas kepala Zara menjaga supaya Zara tidak terantuk. Act of servise yang Liam lakukan selalu membuat Zara merasa diistimewakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedikit Kisah dari ZEL
Teen FictionKarena bersama belum tentu menjadi miliknya. Perempuan bernama Zara Anindira, mau tak mau harus menghadapi takdirnya. Dari kepindahannya ke SMK Bhayangkara sampai akhirnya Zara bertemu Ervin. Untuk yang kedua kalinya, Zara mencoba mendekati laki...