Fifty: The Beginning of Our New

1 0 0
                                    

Zara demam setelah kemarin terlalu lama di luar. Biasanya tidak seperti itu padahal. Zara baik-baik saja bahkan jika ia sengaja hujan-hujanan. Entah bagaimana Zara bisa demam karena berada di luar rumah bahkan tidak lebih dari tujuh jam karena acara bakar-bakarran itu berhenti pukul sembilan.

Kemarin setelah Liam pergi, satu persatu mulai pulang juga.

Devi bersama Yudha, lalu Ervin dan Ersha meski sedikit lebih lama karena Ersha yang berkali-kali menanyakan keadaan Zara setelah Zara menangis tiba-tiba. Apalagi sebelumnya Zara juga sakit perut.

Dan sepertinya Ersha benar. Zara kelelahan dan akhirnya demam.

Untungnya tak lama Mba Naura pulang. Jadi, setelah tahu ada seseorang yang menemani Zara, Ersha baru mengiyakan pulang.

Naura yang menjaga Zara semalaman. Bahkan Zara terkejut begitu melihat kakaknya yang tidur di sebelahnya saat bangun.

Pukul setengah delapan pagi Zara baru bangun. Dan rasanya sedikit lebih ringan. Hidung yang tak lagi gatal, kerongkongan yang tak lagi nyeri. Merasa sudah lebih baik.

Namun, itu hanya pendapat Zara. Berbeda dengan Naura. "Kamu masih panas, Ra. Kayaknya obat semalem nggak ngaruh deh. Ke dokter aja, ya?"

Zara merasa terlalu berlebihan dengan itu.

Zara menggelengkan kepala lagi saat dengan senang hati Ervin mengiyakan.

Hingga di sinilah Zara.

Duduk di sebelah kursi pengemudi, menghadap Ervin berusaha untuk mencegah cowok itu agar tak membawanya ke dokter.

"Vin." Zara menghirup napas. "Gue beneran udah nggak papa," lanjutnya.

"Gue cuma nurutin Mba Naura, Ra." Ervin tak menoleh. Pandangannya lurus, mengemudi dengan kecepatan cukup tinggi. Ervin menjadi khawatir saat Mba Naura menelpon setengah jam yang lalu, memberi tahu kalau Zara belum sembuh.

Ervin tak tahu kenapa Zara bisa sampai demam. Dan Ervin merasa sedikit kesal dengan itu. Zara, yang selalu peduli pada kesehatan Ervin, yang selalu mengingatkan pola makan Ervin, kini sakit. Bagaimana bisa?

"Vin, gue udah baikan kok, sumpah. Lo nggak perlu bawa gue ke dokter." Lagi, Zara mencoba mengubah niat Ervin.

Ervin menggeleng. "Enggak bisa, Zara ...."

Zara menghela napas dalam. "Vin ..., beneran," ucapnya lagi.

Ervin menoleh sebentar saat lampu berganti merah. Menatap Zara.

"Vin." Zara memohon. "Please ...," lanjutnya.

Menghela napas, Ervin tak mungkin membawa Zara sementara cewek itu sendiri tak mau. Akhirnya Ervin mengangguk. "Oke."

Sontak mata Zara melebar. "Apa-apa?" tanyanya memastikan.

"Mau gue ganti pikiran?"

"Eh, enggak." Zara menggeleng cepat.

Lampu yang sudah berubah hijau membuat Ervin kembali menginjak pedal gas. "Kalo lo nanti panas lagi, gue nggak mikir dua kali buat bawa lo ke dokter," ucapnya.

"Gue udah sembuh kok, Vin. Beneran." Zara melepas syal yang menutup lehernya. "Tadi Mba Naura terlalu khawatir sampe minta lo nganterin gue ke dokter. Padahal gue udah baik-baik aja kok," lanjutnya.

Ervin menoleh pada Zara sebentar. Melihat syal rajut sudah berpindah, tak lagi menutupi leher Zara. Melihat bagaimana Zara mulai melepas jaket, menyisakan sweater lilac lengan pendek. "Gerah?" tanyanya.

"Iya." Zara mengangguk. "Apalagi bangun tidur gue langsung masuk mobil, nggak sempet ganti baju," lanjutnya.

"Mau mampir dulu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang