Eighteen: Orang yang Zara Panggil 'Mama'

0 1 0
                                    

Zara menyenderkan tubuhnya. Melirik Liam yang sejak masuk mobil belum juga mengeluarkan sepatah kata pun.

Zara tahu. Wajah Liam jelas kecewa. Tidak suka pada Ervin. Apalagi puluhan panggilan yang satu pun tak terjawab.

"Li," panggil Zara.

Liam berdeham. "Hm."

Zara mendengus heran. "Ih. Aneh lo. Kok lo yang marah gitu," ucapnya.

Liam menoleh sebentar. Ia lalu memilih menepikan mobilnya. "Ke luar, Ra," ucapnya lalu mendahului keluar mobil.

Zara menghela napas. Membuka pintu, keluar mobil. Mengikuti kemana Liam pergi. "Lii ... Mau kemana sih?" tanyanya.

Mendengar itu Liam menghentikan langkahnya. Berbalik. Membuatnya langsung menatap wajah Zara. Berdecak. "Ra."

Zara mengernyit. "Iya, Li, kenapa?" tanyanya.

Liam mengepalkan tangannya. Menghela napas. "Ra. Gue tahu sekarang lo nggak baik-baik aja," ucapnya.

"Maksud lo apa? Gue baik-baik aja. Ngomong apa sih lo, Li?"

"Ra!"

Zara terlonjak mendengar bentakan Liam. Terpaku melihat Liam tiba-tiba marah seperti ini.

"Gue tahu lo nggak baik-baik aja. Lo pasti bingung, 'kan? Atau takut? Lo sendiri harusnya lebih tahu, Ra, sama tubuh lo. Nggak usah sok bilang baik-baik aja, Ra." Liam menjeda ucapannya. Mendekati Zara, menyentuh pundak perempuan itu.

Tahu betul apa yang Zara rasakan. Pasti Zara bingung dan takut. Takut apa yang akan terjadi nanti saat tiba di rumah.

Zara menunduk.

"Gue tahu sebenarnya dari tadi di mobil lo takut, 'kan? Takut nanti apa yang akan bokap lo lakuin pas lo sampe rumah. Takut apa reaksi bokap lo, 'kan?"

Zara mundur. Akhirnya memilih duduk di bangku kecil di bawah pohon. Benar. Ucapan Liam tepat sekali.

"Ra, lo berhak marah sama semesta. Lo berhak marah karena semesta kali ini jahat sama lo." Liam menghadap Zara yang duduk. Tak ikut duduk memilih berdiri.

"Li," panggil Zara lirih. Mendongak.

"Kenapa? Apa yang lo rasain, Ra? Cerita sama gue," balas Liam.

Zara menghirup napas pelan. "Tadi siang gue berantem sama Ervin." Akhirnya memutuskan membuka suara, mengulang apa yang terjadi hari ini dari depan. Walau tidak yakin dirinya bisa menahan akibatnya nanti.

Liam mengepalkan tangannya. Ervin lagi. Laki-laki itu sepertinya gila. "Kenapa? Dia buat ulah apa sama lo?"

Zara menghirup napas. "Singkat cerita, gue akhirnya nyerah sama dia."

Kepalan tangan Liam mengendur mendengar itu. Zara akhirnya menyerah?

"Li," panggil Zara dengan suara bergetar.

Liam sontak mendekati Zara mendengar suara perempuan itu sampai bergetar. Duduk di samping Zara. "Kenapa?"

"Gue ...." Zara menghirup napas. "G-gue hampir ditabrak motor," lanjutnya pelan.

Mata Liam melotot. "Lo hampir ditabrak motor?!"

Zara mengangguk pelan. Tangannya mengepal mengingat kejadian tersebut. Dadanya mulai terasa sesak.

Namun pikiran buruk itu tiba-tiba terhenti saat tangan Liam menyentuh tangannya. Zara mendongak, menatap mata Liam.

Liam mengelus tangan Zara pelan. "Lo pasti takut banget, ya, Ra?" Bahkan tanpa bertanya Liam bisa melihat mata Zara yang menampilkan rasa takut di sana.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang