Fourthy Nine: Zara Can't Answer

0 0 0
                                    

Jadi, Zara pikir ia hanya perlu duduk diam setelah mempersiapkan alat panggang, beberapa alat makan, hingga tikar yang sudah ia letakkan di halaman samping persis kamarnya.

Zara kira setelah mempersiapkan semua hal yang ia pikir harus disiapkan, ia tinggal duduk menyantap apa saja hasil bakarran. Atau kalau tidak, bolak-balik mengambil alat apa yang dilupakan.

Tapi ternyata, Zara harus melakukan hal lain.

Menghela napas, Zara benar-benar ingin segera meninggalkan dapur meski tiga bungkus besar ayam fillet masih utuh di hadapannya.

Zara baru mencuci ayam mentah itu. Setelahnya, Zara belum melakukan apa-apa.

Karena ia bingung tiga bungkus ayam fillet itu akan dimasak menjadi apa.

Kalau dua potong paha ayam sih, bisa digoreng tepung dan selesai. Tapi ini? Tiga bungkus ayam fillet. Banyak. Zara ragu untuk mengolah ayam itu.

Kalau-kalau nanti sudah dimasak dan hasilnya mengecewakan? Tidak enak?

Menghela napas, kenapa juga harus dirinya yang memasak di antara semuanya.

Kenapa juga Zara menerima saja ayam fillet itu. Menurut saat diminta untuk masak.

Zara berdecak. "Mending gue tanya aja deh, sama yang lain," ucapnya berakhir mengambil jagung yang telah ia bilas sebelumnya.

Zara belum melakukan apa-apa selain mencuci jagung.

Ya ... bagaimana?

Zara bahkan tak tahu harus mengolah tiga bungkus besar ayam fillet menjadi apa.

Meminta bantuan? Pada siapa?

Ersha bisa memasak. Namun, tidak mungkin Zara membiarkan Ersha mondar-mandir memasak apalagi dengan kruk. Ditambah, Ersha tidak boleh berdiri terlalu lama.

Sementara Devi tidak bisa diharapkan karena sama sekali tidak bisa memasak.

Terus, siapa?

Mba Naura juga belum pulang, masih di kampus.

Pada akhirnya Zara memutuskan melangkah ke luar rumah, menuju halaman samping dengan hanya membawa dua piring jagung.

Ia akan bertanya saja.

Hampir sampai, kernyitan muncul di dahi Zara. Kenapa tak terdengar berisik? Sebaliknya, masih tenang bahkan tak ada suara.

Bersamaan, semakin dekat Zara dapat mencium aroma asap. Aroma yang menyenangkan.

Mempercepat langkah, Zara tersenyum begitu melihat punggung Ervin. Mengedar, Zara mengernyit tak ada siapa-siapa selain Ervin.

"Yang lain kemana?" Zara lalu meletakkan jagung di tangannya ke meja di sebelah griller. ️Menghentikan langkah tepat di samping Ervin. Memperhatikan tangan cowok itu yang sibuk membolak-balikan sosis.

Ervin menoleh. Tersenyum tipis melihat Zara. Sejak sampai di rumah Zara, Ervin hanya bertemu Zara singkat sebelum akhirnya perempuan itu kembali masuk untuk memasak. "Hai, Ra."

Zara tersenyum. "Udah lagi bakar sosis?"

Ervin mengangguk. "Mau?"

Zara menggeleng. "Nanti aja bareng yang lain." Lalu, Zara teringat apa tujuannya ke sini. "Yang lain, dimana, Vin? Kok nggak ada?"

"Gue suruh Devi ke depan buat nyamperin Yudha." Ervin memberi jeda. "Kalo Ersha ..., nggak tahu ke mana."

Zara terkekeh kecil. "Masa nggak tahu, sih? Ersha adek lo lho, nanti kalo kenapa-napa, marah lagi," ucapnya heran.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang