Thirteen: Sadness of Two Person

0 1 0
                                    

Melihat bus mendekat, Liam berdiri. Masuk setelah pintu bus itu terbuka.

Ia mengedarkan pandangannya, lalu terhenti melihat perempuan duduk di bangku belakang. Senyum Liam tercipta melihat Zara. Namun sepersekian detik pudar melihat sesuatu di kepala Zara. Ia melangkahkan kaki mendekat.

Duduk di samping Zara. "Zara," panggil Liam.

Mendengar suara itu membuat Zara tak lagi melihat jalanan luar. Ia menoleh ke kiri. "Liam?"

Liam tersenyum. "Iya, gue."

Zara mengangguk singkat. Ia lalu mengangkat susu kotak di tangannya. Meneguknya.

Liam hanya memperhatikan Zara dari samping. Matanya melirik plester yang tertempel di kening perempuan itu. Zara kenapa?

"Kenapa lihatin gue terus, lo?" tanya Zara.

Liam menggelengkan kepalanya. "Siapa yang lihatin elo. Geer, lo."

Zara mendengus. "Ngeles." Ia kembali melihat ke luar.

Liam semakin yakin Zara ada apa-apa. Wajah Zara murung. Perempuan itu juga hanya membalas pertanyaannya seadanya. Tidak mengoceh seperti biasanya. Liam menghirup napas. "Kenapa kepala lo diplester? Kepala lo abis ciuman sama meja? Atau sama pintu?"

"Enggak," balas Zara tanpa menoleh.

Kan. Zara cuek. Tidak ada semangat. Pasti Zara ada apa-apa. "Terus kenapa?"

Zara menggidikkan bahunya. Tak menjawab.

Liam menghela napas melihat Zara diam saja. "Ra," panggilnya.

Zara berdeham. "Hm?" balasnya tanpa menoleh.

"Ra." Lagi, Liam kembali memanggil nama Zara.

"Apa?" tanya Zara pelan. Matanya masih saja melihat jalanan luar.

"Zara."

Zara berdecak. "Ck. Apa lagi sih, Li?" tanyanya kesal.

Liam terlonjak melihat Zara yang tiba-tiba menoleh padanya. Sepersekian detik terdiam sampai kemudian sadar. "Lo kenapa?" tanyanya.

Zara menghela napas. "Gue nggak apa-apa," balasnya singkat. Ia berdiri menyadari sampai halte Bhayangkara. Melangkahkan kaki ke luar dari bus.

Sementara itu Liam menghela napas heran. Berdiri menyusul Zara yang sudah ke luar. Berlari kecil menyeimbangi langkah kaki Zara.

Sedangkan Zara tak menghiraukan Liam yang mengikutinya.

Liam berdecak melihat Zara diam saja. Ia mencekal tangan Zara membuat langkah perempuan itu terhenti. "Ra. Gue tahu lo ada apa-apa," ucapnya.

Zara menatap Liam tak suka. "Li. Hari ini gue lagi nggak mau debat sama lo. Jadi please. Jangan ganggu gue," pintanya.

"Ya kenapa Zara? Kenapa? Cerita sama gue," ucap Liam.

Zara menggeleng. Menghindari tatapan Liam.

"Kemarin lo nggak masuk ada masalah?" tanya Liam.

Zara masih diam. Mendengar pertanyaan Liam membuat ucapan Abraham kembali terngiang kepalanya.

"Lo nggak masuk karena pusing aja, 'kan?"

Zara mendengus. Kemarin ia melewatkan makan malamnya mengunci diri di kamar. Bahkan sampai pagi ia tak ke luar kamar. Dalam waktu itu tidak ada yang mengetuk kamar. Kakaknya sekalipun.

Mata Liam melebar. "Ah! Karena semalem gue nggak jawab telfon lo?"

Zara menelfon Liam. Satu kali namun Liam tidak menjawab telfonnya. Sampai akhirnya Zara tertidur.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang