Eight: Bolos yang Menyenangkan

0 1 0
                                    

Zara melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Pukul enam limapuluh.

Dirinya sudah duduk di bangku bus dengan tangan kanan membawa satu botol jus stoberi.

Zara mengedarkan pandangannya ke seluruh bangku bus.

Menghela napas. Liam tidak ada. Lagi.

"Lo ke mana sih, Li? Dua hari gue ngga lihat lo."

Tangannya kemudian menyimpan jus stroberi buatannya ke tas.

Menghela napas.

Apa yang ia lakukan keterlaluan, sampai-sampai Liam menjauhinya? Sampai dua hari ini ia sama sekali tidak melihat Liam.

Bus yang berhenti membuat Zara tersadar akan lamunannya. Ia berjalan turun.

Menghirup napas. Iya. Ia harus menemui Liam.

Bukan gedung akuntansi tujuannya. Melainkan gedung multimedia.

Menemui Liam.

Melangkahkan kaki mencari kelas yang Liam tempati. Liam itu kalau tidak salah ... kelas multimedia dua.

Langkah kakinya terhenti tepat di depan kelas multimedia dua. Mengedarkan pandangannya melalui jendela.

"Sorry."

Zara terperanjat merasakan pundaknya ditepuk. Ia berbalik.

"Sorry. Lo cari siapa? Kenapa ngintip-ngintip?"

Perempuan seumuran dengan Zara yang sepertinya menempati kelas yang sama dengan Liam.

"Liam, ada?" tanya Zara.

"Ah, Liam?"

Zara mengangguk.

"Dia dari kemarin nggak masuk. Sakit."

Mata Zara melebar. "Liam sakit?" tanyanya kaget.

Perempuan itu mengangguk. "Iya. Katanya sih cuma flu. Tapi kalau sampai sekarang belum masuk, kayaknya lumayan parah deh."

Zara terpaku. Ia menggigit bibirnya. Liam sakit? Bodohnya Zara yang selama ini merepotkan Liam tidak tahu apa-apa. "Em ... Lo punya alamat rumahnya?"

Perempuan itu mengangguk.

...

Zara menekan nomor Liam untuk kesekian kalinya.

Namun yang ia harapkan tak kunjung menjawab. Melainkan suara operator lagi.

Zara menghirup napasnya. "Ck. Bodoh. Bodoh banget lo, Ra."

Teman macam apa Zara ini?

Deringan ponsel membuat Zara cepat-cepat menyalakan benda itu.

Matanya meredup mengetahui Devi yang memberinya pesan.

Devi
Lo nggak masuk? Kenapa? Sakit?

Zara mengetikan balasan singkat.

Zara
Gue mau ke rumah Liam. Dia sakit. Ijinin gue ya, Dev? Please.

Bus yang Zara tumpangi berhenti. Membuat ia menyimpan ponselnya lalu turun.

Berjalan cepat mencari rumah Liam.

"Ck. Rumah lo di mana sih, Li?"

Zara mempercepat langkahnya. Kini ia berlari.

"Li, rumah lo di mana?"

Semakin lama langkah kakinya memelan. Ia tak bisa menemukan rumah Liam. Katanya rumah nomor tujuh belas. Ini apa? Zara malah berada di sekitaran tigapuluhan.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang