Sixteen: Zara Berhenti

0 1 0
                                    

Begitu keluar kamar sampai sekarang pukul setengah tujuh, Zara belum juga melihat kakaknya.

Ia hanya mengikuti langkah kakinya yang tiba-tiba terhenti di dapur. Sampai tangannya juga tiba-tiba sudah selesai membuat satu kotak sandwich untuk Ervin meski ia tak ada niat untuk itu. Seolah sudah menjadi kebiasaannya.

Bahkan Zara melambatkan kegiatannya, namun kakaknya tak juga nampak.

Zara menghela napas. Selesai makan sandwichnya, ia berdiri. Menyimpan kotak bekal ke tasnya lalu menggendong tas itu.

Berangkat sekolah.

Zara menunggu kakaknya? Iya. Zara ingin bertemu Naura. Merasa buruk bertengkar dengan kakaknya.

Meskipun ia sendiri merasa ucapannya tak salah. Zara hanya merasa asing untuk pertama kalinya bertengkar cukup hebat dengan Naura. Sampai masuk kelas sebelas ini, Zara belum pernah bertengkar separah ini dengan Naura.

Paling hanya karena masalah kecil. Paling tidak sampai satu hari sudah kembali kenal.

Tapi sekarang? 

Zara menggelengkan kepalanya. Mencoba menghentikan pemikiran-pemikiran di kepalanya. Mengalihkan perhatian dengan melihat kanan kiri jalanan.

Jalan sudah ramai. Wajar saja mengingat sudah cukup siang. Banyak orang-orang sibuk berangkat kerja.

Zara berdecak menyadari satu hal.

Apa ia masih mendapatkan bus?

Memperlambat apa yang dilakukan di rumah ternyata membuat Zara melupakan hal penting. Transportasinya ke sekolah.

"Ck."

Zara mengangkat tangan kirinya. Melihat jam yang melingkar di sana. Sontak mempercepat langkahnya melihat sudah hampir jam tujuh. Sialnya ia masih lumayan jauh untuk sampai ke halte bus.

"Aish. Harus lari, nih."

Setengah hati Zara akhirnya menambah kecepatan langkah kakinya sampai berada di tingkat lari. Memegang erat tasnya agar tak jatuh.

Tak memikirkan rambutnya yang menari-nari karena angin. Juga tali sepatu kanan yang terlepas. Yang menjadi prioritasnya satu. Secepatnya sampai di halte.

Tin!

Zara terlonjak mendengar klakson itu.

Mobil yang berhenti di depannya membuat larian Zara terhenti. Mengernyit merasa tak asing dengan mobil itu.

"Masuk, Ra."

Zara menghela napas lega melihat kaca mobil yang diturunkan menampilkan sosok Liam.

Zara mengangguk. Segera melangkahkan kaki ke sisi kiri mobil. Masuk.

Memastikan Zara sudah duduk, Liam menginjak pedal gas mengingat bel masuk sebentar lagi berbunyi. Ia menghadap Zara. Membuka dashboard mengambil air mineral dari sana. "Nih minum dulu, Ra."

Zara mengangguk. Menerima air yang Liam berikan. Meneguknya.

"Ahh... Akhirnya ...." ucap Zara lega. Menyender sambil mengatur napasnya.

Liam menoleh sekilas. "Tumben berangkat siangan gini. Telat bangun gara-gara kemarin ya, lo?" tanyanya.

Zara terdiam. Ia lalu mengangguk. "Hm. Iya. Elo sih kemarin pulangnya kemaleman, gue jadi telat bangun, 'kan tadi pagi," balasnya.

"Malah nyalahin gue." Liam menambah laju mobilnya.

Zara tak membalas. Niatnya bukan itu sebenarnya. Hanya tak mau Liam tahu yang sebenarnya.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang