"Vin! Bantu bawain buku gue kenapa! Berat ini."
Ervin melirik Agatha malas. "Buku empat doang, ngeluh berat," balasnya.
Agatha berdecak. "Iih. Buku empat tebel-tebel gini, gimana nggak berat." Ia mempercepat langkah agar menyeimbangi Ervin. Menyodorkan dua buku paket yang baru saja ia pinjam pada Ervin. "Nih, bawain."
Ervin mau tak mau mengambil buku yang sudah Agatha berikan. "Lagian dari kemarin kenapa nggak di bawa pulang sih," cibirnya.
"Sok tahu." Agatha mendengus. "Kemarin udah gue bawa pulang dua, ya! Sekarang gue lagi bawa empat aja. Lagian buku paket kok banyak banget, nggak kaya di sekolah gue dulu," keluhnya.
"Ya elo ngapain pindah-pindah ke sini."
"Udah deh, tinggal bawa aja apa susahnya. Itu paling juga nggak berat-berat amat buat lo," ucap Agatha.
Ervin berdeham saja sebagai balasan. Tak mau berbicara lebih lama.
"Ck. Kalian tuh, jangan ribut mulu kenapa sih," ucap Yudha yang sejak tadi hanya mendengarkan.
Agatha berdecak. "Ya lagian temen lo rese." Ia menyodorkan dua buku paket di tangannya pada Yudha. "Nih, kalo lo mau bawa," ucapnya.
"Eh, eh, apa nih." Yudha mendengus saat tiba-tiba Agatha menyodorkan buku paket padanya.
"Bantuin lah. Lo 'kan cowok," balas Agatha yang kini tak membawa apa-apa karena keempat buku paketnya sudah beralih tangan pada Ervin dan Yudha.
Yudha berdecak. "Vin, temen lo ah, ngapain sih dibawa ke sini segala," adunya pada Ervin.
Ervin menggidikkan pundaknya. Tak memikirkan kedua temannya itu.
Berjalan menuju parkiran, membiarkan Agatha dan Yudha berjalan di belakangnya.
Agatha kenal Yudha.
Sejak Ervin membawa perempuan itu ke Jakarta. Sejak Agatha masuk ke Bhayangkara.
Bahkan sebenarnya Yudha sudah mengenal Agatha sejak Ervin di Jakarta.
Karena memang tak jarang Yudha menelepon atau mengirim pesan pada Ervin.
Bagaimana Jakarta, bagaimana lingkungan ibukota. Atau tepatnya, bagaimana Ervin setelah menemui kembaran dan orang tuanya.
Dan Ervin tak bisa menghindar memberi tahu tentang Agatha.
Ervin sudah lebih baik sekarang. Apalagi Ersha sudah sadar.
Hanya satu.
Yang Ervin tak suka adalah Agatha dan Yudha itu sama-sama berisik.
Namun begitu, Ervin berusaha tak menghiraukan kedua teman berisiknya itu.
Ervin hanya bisa tutup telinga.
Mempercepat langkah, berjalan di depan kedua temannya. Setidaknya suara berisik mereka teredam meski sedikit.
Dan itu ternyata menjadi sebuah keberuntungan karena Ervin melihat Zara yang berjalan ke arahnya.
Ervin tak mungkin menyia-nyiakan Zara yang berada di jangkauannya setelah dua hari ini perempuan itu selalu menghindar.
Ervin mempercepat langkah kakinya.
Untung saja Zara tengah fokus pada ponsel. Sehingga kali ini perempuan itu tak menyadari kehadiran Ervin.
Ervin berdeham. "Ra."
Dan panggilan itu berhasil membuat langkah Zara terhenti. Zara yang tadinya fokus pada ponsel kini mendongak, menghadap laki-laki yang baru saja memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedikit Kisah dari ZEL
Teen FictionKarena bersama belum tentu menjadi miliknya. Perempuan bernama Zara Anindira, mau tak mau harus menghadapi takdirnya. Dari kepindahannya ke SMK Bhayangkara sampai akhirnya Zara bertemu Ervin. Untuk yang kedua kalinya, Zara mencoba mendekati laki...