Kalau bisa rasanya Zara ingin menyalahkan semesta.
Karena apa? Karena semesta masih berjalan seperti biasa. Karena semuanya masih berjalan. Karena Zara tak diberi waktu sebentar untuk mengobati semuanya. Untuk menetralkan semuanya.
Nyatanya tidak. Semesta tetap berjalan dengan semestinya.
Seharusnya Zara sendiri memang harus sadar.
Bahwa permohonan kekanak-kanakkan itu hanya sebatas angan-angan saja.
Bahwa seharusnya Zara tidak egois untuk dirinya sendiri.
Tapi di bawah itu semua, bukankah Zara memang berhak untuk marah pada semesta barang satu kaliii saja.
Karena semesta tetap saja berjalan, padahal Zara tidak semangat melakukan apa-apa.
Zara terlalu lelah sekadar bangun dari tidurnya.
Yang sebenarnya Zara hanya melamun tak melakukan apa-apa. Namun disela itu tiba-tiba saja bisa menitikkan air mata.
Menangis, teringat semuanya.
Semuanya.
Perihal Ervin, laki-laki yang akhirnya akan tak ia jumpai lagi.
Perihal ayahnya, yang sampai kini tak juga menunjukkan perubahan. Abraham masih saja cuek pada Zara. Seolah semua pengaduan dan kekesalan yang Zara ungkapkan kala itu tak ada artinya.
Sama dengan Naura. Kakak perempuan Zara sama. Tak menunjukkan perubahan. Alasannya Zara tak tahu apa. Tapi tebakannya, Naura kini hanya masih bingung.
Selanjutnya Citra. Sampai saat ini Zara belum tahu apa kelanjutan hubungannya dengan ibu.
Zara menghela napas. Sepertinya tak ada artinya mengingat itu semua.
Toh kini ia hanya harus melewati semuanya. Menjalani semuanya.
Layaknya saat ini.
Pukul sembilan pagi, di aula Bhayangkara. Agenda hari ini rapat persiapan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang tinggal hitungan hari.
Tak terasa PKL akan segera dilaksanakan. Artinya Zara akan sepenuhnya terfokus pada kegiatan itu. Untuk mempersiapkan sertifikat di akhir kegiatan nanti.
Zara rasa harusnya kegiatan PKL ini dapat menyingkirkan pikiran-pikiran yang terlalu banyak memenuhi kepalanya.
Salam penutup yang akhirnya terdengar membuat Zara akhirnya bisa melemaskan otot kepalanya.
Empat jam menjadi waktu yang terlalu cukup hanya untuk duduk mendengarkan.
Sebenarnya wajar saja, sih. Zara sendiri juga sebenarnya tahu persis karena acara diadakan untuk persiapan lima jurusan sekaligus. Namun, jurusan akuntansi menjadi yang pertama membuat di bagian jurusan lain Zara merasa bosan sekaligus mengantuk.
Bosan karena tak tahu apa yang dibicarakan, juga mengantuk karena semalam jangka tidurnya tidak beraturan.
Akhir-akhir ini waktu tidur Zara tidak jelas. Kadang hanya tidur empat jam, kadang bisa tidur sampai enam jam, juga dua-tiga kali Zara sulit sekali tidur sampai hanya bisa memejamkan mata tak sampai dua jam.
Semalam Zara mengalami opsi pertama. Ia hanya bisa tidur kurang lebih empat jam. Tidur jam setengah satu dini hari, dan bangun jam empat.
Zara mengantuk. Juga lelah karena tubuhnya belum sepenuhnya refill energi.
Setelah merasa aula sudah cukup sepi, Zara berdiri dari duduknya. Menghadap pintu keluar yang ternyata sudah lumayan lengang. Melangkahkan kaki, menuju gedung akuntansi. Setahunya setelah kegiatan ini tak ada kegiatan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedikit Kisah dari ZEL
Teen FictionKarena bersama belum tentu menjadi miliknya. Perempuan bernama Zara Anindira, mau tak mau harus menghadapi takdirnya. Dari kepindahannya ke SMK Bhayangkara sampai akhirnya Zara bertemu Ervin. Untuk yang kedua kalinya, Zara mencoba mendekati laki...