Zara membuka bungkus roti keju yang ia bawa dari rumah.
"Belum sarapan lo, Ra?" tanya Devi.
Zara mengangguk. "Iya, Dev. Tadi gue cari dasi nggak ketemu-temu. Jadi nggak sempet sarapan deh. Lo mau?" tanyanya menyodorkan rotinya.
Devi menggeleng. "Nggak usah. Buat lo aja," balasnya menolak.
Zara mengangguk. Ia membuka mulutnya. Menggigit roti itu.
Deringan ponsel membuat Zara menyalakan ponselnya itu.
Ervin
Ke kelas.Zara sontak meletakkan rotinya di atas meja. Berdiri.
"Kenapa lo?" tanya Devi.
Zara menggeser kursinya. "Gue ke luar dulu, Dev," ucapnya buru-buru keluar kelas.
Devi menggeleng heran. "Ra, Ra. Makin hari lo makin aneh deh."
Sementara itu Zara mempercepat larinya. Untungnya kali ini Ervin memintanya ke kelas. Artinya ke akuntansi tiga yang jaraknya hanya terpisah akuntansi dua. Zara akuntansi satu, Ervin akuntansi tiga.
Langkah kaki Zara memelan saat melihat Ervin duduk di kursi depan kelas. Zara mendekat. "Kenapa, Vin?"
Ervin mendongak. Ia melirik tumpukan buku yang tergeletak di kursi sebelahnya.
"Buku?" tanya Zara.
Ervin mengangguk.
"Buat apa?"
Ervin berdiri. "Bawa ke perpus," ucapnya lalu mengambil setengah buku itu.
Zara mengangguk. Tanpa menunggu ia mengambil sisa buku itu.
Mengikuti Ervin berjalan menuju perpustakaan.
Sepertinya buku-buku paket ini digunakan kemarin.
Zara berhenti sejenak. Entah kenapa rasanya perpustakaan menjadi lebih jauh. Tangannya sudah pegal.
Ia menghirup napas. Mengangguk. Sedikit lagi.
Zara kembali melangkahkan kakinya. Menyusul Ervin yang sudah di depan.
Bisa kok, Ra. Bisa.
Buku yang berpindah tangan membuat Zara menoleh. Liam.
"Kalau nggak kuat ngga usah dipaksa," ucap Liam datar. Ia berjalan mendahului.
Zara berlari kecil menyusul Liam. "Udah sini, Li. Gue aja," ucapnya mengambil kembali buku-buku itu.
Liam menghela napas. Keras kepala. Wajah sudah pucat begitu masih saja sok bisa. Ia melihat Zara yang berjalan kembali.
Itu Ervin? Liam menyipitkan matanya melihat laki-laki yang berjalan di depan Zara membawa buku yang sama dengan buku yang Zara bawa.
Liam mengepalkan tangannya. Berjalan cepat mendekati Ervin.
Zara menoleh melihat Liam. "Gue bisa sendiri, Li--" ucapannya terhenti melihat Liam masih saja berjalan. Liam melewatinya.
"Woi."
Panggilan seseorang membuat langkah Ervin terhenti. Berbalik. Mendengus melihat siapa yang berdiri di depannya. Liam. "Kenapa?" tanyanya singkat.
Liam mengepalkan tangannya. "Masih tanya kenapa?"
Ervin mengernyit.
"Lo nggak lihat muka Zara pucat kaya gitu?" Liam menunjuk Zara.
Ervin beralih melihat Zara. Benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedikit Kisah dari ZEL
Teen FictionKarena bersama belum tentu menjadi miliknya. Perempuan bernama Zara Anindira, mau tak mau harus menghadapi takdirnya. Dari kepindahannya ke SMK Bhayangkara sampai akhirnya Zara bertemu Ervin. Untuk yang kedua kalinya, Zara mencoba mendekati laki...