Two: Langkah Pertama

0 2 0
                                    

Zara melepas sepatunya. Setelahnya ia meletakkan jaket Liam di atas meja. Ia duduk di sofa dengan menyenderkan tubuhnya.

"Kenapa kamu? Lemes banget," tanya Naura. Ia duduk di seberang Zara. Tangannya sibuk mengaduk nasi goreng yang baru saja matang.

Zara menghela napas. "Ngga papa," balasnya pelan.

Naura menghadap adik perempuannya. "Ngga percaya. Itu muka kamu manyun gitu kenapa?"

Zara menggeleng.

Naura mengernyit. Ia kemudian melihat paper bag yang tergeletak di atas meja. "Dibawa pulang lagi?"

"Hm."

Berarti karena itu.

Zara berdiri.

"Kemana?" tanya Naura.

"Kamar," balas Zara mengambil jaket Liam lalu berjalan menuju kamarnya.

"Kalau laper ada nasi goreng di meja makan," ucap Naura lalu memakan nasi gorengnya.

Zara berdeham sebagai jawaban.

Naura melihat Zara heran. Terhenti sampai tubuh adik perempuannya hilang masuk kamar.

Naura kemudian menggidikkan bahunya. Nanti akan ia tanyakan setelah memakan nasi gorengnya.

...

Zara merebahkan tubuhnya. Memejamkan mata sebentar.

Sepulang sekolah ia langsung mandi. Memakai sweater dan celana hitam pendek.

Zara menghela napas. Matanya terbuka.

"Mau lo apa sih?"

Zara gusar. Nama Ervin tetap saja berputar di kepalanya. Bahkan dirinya sendiri tak tahu bagaimana nama itu hilang.

Ia duduk dari tidurnya. Berjalan mendekati meja belajar. Mengambil foto berukuran 4R dari sela-sela buku diari.

Tersenyum tipis.

Semakin lama menghilang beriringan dengan jantung yang berdebar. Kuat dan semakin cepat.

Zara memukul dadanya pelan. Napasnya pendek. Udara sekitar terasa menipis.

"Akh...."

Kepala. Pandangan Zara mengabur.

Foto itu jatuh bersamaan dengan tubuh Zara yang terduduk di lantai.

"Raaa...."

Ketukan pintu terdengar samar.

Zara menghirup napas rakus. Lagi. Tangannya memukul dada berharap oksigen masuk sebanyaknya.

Ceklek.

Zara menoleh ke pintu.

"Mba...." ucapnya pelan.

Mata Naura melebar. "Ra, kamu kenapa, Ra?" tanyanya khawatir. Meletakkan nampan nasi goreng ke atas meja lalu cepat-cepat mendekati Zara.

Zara menggeleng. Napasnya masih saja pendek. Kepalanya terasa berat.

Naura menghentikan laju tangan Zara tak lagi memukul dada. Menarik Zara ke pelukannya. Mengelus pelan punggung adiknya.

"Ngga papa, Ra. Ngga papa. Ada Mba di sini," ucap Naura menenangkan.

Zara mengangguk pelan. Iya. Kakaknya di sini.

Naura melepas pelukan merasa Zara sudah lebih tenang. Ia menatap mata Zara. "Ngga papa. Ada Mba. Tenang ya, Ra," ucapnya tepat di mata Zara.

Lagi. Zara hanya mengangguk.

Naura mengelus punggung Zara. Mencoba menenangkan. Hatinya ikut sakit melihat Zara.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang