"Mau buat ulah apa lagi lo?"
Ervin melirik Yudha tak paham. "Apa sih. Nggak jelas." Ia lalu kembali melihat ponselnya.
Yudha menghela napas panjang. "Lo mau jailin Zara lagi, 'kan?"
Ervin mengernyit. "Sok tahu lo."
"Ya gue tahu lah, Vin. Akhir-akhir ini lo sering banget liatin handphone. Pasti lo nyuruh-nyuruh Zara, 'kan?"
Gerakan tangan Ervin yang mengetik kini melambat.
"Jangan keterlaluan lah, Vin. Gimanapun dia perlu istirahat kali. Dia ada urusan sendiri," ucap Yudha. Ia lalu memakan nasi gorengnya.
Keduanya duduk di kantin. Namun hanya Yudha yang makan. Tadi pagi ia tak sempat sarapan. Sedangkan Ervin hanya memainkan ponsel.
Ervin menyeruput sodanya. Ia kembali melihat ponselnya. Menghapus kalimat 'Ke kelas' menggantinya menjadi 'Nanti istirahat ke rooftop'. Setelahnya Ervin menekan tombol kirim.
...
Ervin
Nanti istirahat ke rooftop"Rooftop? Lagi?"
Zara menggidikkan bahunya. Nanti istrahat, 'kan? Berarti sekarang ia tak perlu lari-lari menuju ke tempat yang Ervin katakan.
Seperti ini terus bisa tidak? Mengabari sebelum Ervin memerlukan. Kalau seperti ini terus kan Zara jadi ada persiapan. Setidaknya ia tidak perlu berlarian.
...
Ervin menyatukan kedua tangannya. Menyangga kepalanya di sana. Matanya menjelajah ke bawah sana melihat siswa lalu lalang yang sebagian besar menuju kantin.
Rooftop membuat Ervin bisa melihat apa saja dari sana. Udaranya sejuk juga jarang sekali ada siswa yang menginjakkan kaki di sana.
Ervin mundur. Menyender. Ia mengangkat tangan kirinya melihat jam hitam yang terpasang di sana.
Suara pintu terbuka membuat Ervin menoleh.
"Sorry, Vin. T-tadi gurunya minta waktu istirahat sebentar," ucap Zara dengan napas memburu. Ia melangkahkan kakinya mendekati Ervin.
Ervin memperhatikan Zara. Datang juga. "Lo lari?"
Zara mengangguk. Masih mengatur napas sehingga tidak membalas pertanyaan Ervin.
Ervin menggelengkan kepalanya heran. Dari kelas ke rooftop berlari? Zara kuat juga. Ervin berdiri. Berjalan mendekati Zara.
Zara terpaku melihat Ervin yang mendekat. Matanya dan mata Ervin saling bertatapan, bersamaan dengan jarak di antara mereka yang semakin menghilang. Zara menelan salivanya. "L-lo mau--"
"Duduk," potong Ervin. Ia menarik bangku menempatkannya di belakang Zara. Setelahnya ia menjauh. Duduk kembali di bangkunya.
Zara berkedip. Duduk di bangku yang Ervin sodorkan. Mengelus dada mengatur deru napasnya. Matanya melihat Ervin yang satu meter darinya duduk diam.
Lelaki itu hampir saja menambah laju jantungnya.
Zara berdeham setelah merasa napasnya teratur. "Em... Jadi gue harus apa?" ucap Zara menanyakan maksud Ervin menyuruhnya ke rooftop.
Ervin menoleh. Tak lagi memperhatikan adik kelas bermain basket di bawah sana.
"Lo marah karena gue kelamaan ya?" tanya Zara melihat Ervin diam saja.
Ervin menggeleng. Ia berdiri. Mendekati meja yang menempel dinding. Adanya dinding membuat meja itu teduh. Tidak terkena panas matahari.
"Terus?" Zara memberi jeda. "Lo lupa mau apa? Atau lo lagi bete? Iya?" lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedikit Kisah dari ZEL
Teen FictionKarena bersama belum tentu menjadi miliknya. Perempuan bernama Zara Anindira, mau tak mau harus menghadapi takdirnya. Dari kepindahannya ke SMK Bhayangkara sampai akhirnya Zara bertemu Ervin. Untuk yang kedua kalinya, Zara mencoba mendekati laki...