Ervin mengendurkan otot lehernya. Menghentikan gerak tangan yang sebelumnya menekan-nekan keyboard.
Melirik sudut kiri komputer, sudah tiga jam ternyata ia duduk menghabiskan waktu mengerjakan laporan keuangan PT Food Makmur tahun lalu.
Ervin melongok ke meja seberang. Meja Zara.
Tak ada. Cewek itu tak ada di sana.
Ervin menggidikkan pundaknya. Ia berdiri, memilih menuju kafetaria perusahaan. Sebenarnya perutnya juga sejak sepuluh menit lalu terasa perih. Ervin pikir sebuah apel sudah cukup untuk sarapan. Namun, ternyata tidak.
Ervin tak kesulitan untuk sampai di kafetaria perusahaan. Hanya dua belokan dan sampai.
Kafetaria cukup sepi. Karena belum jam istirahat, pasti.
Melihat pendingin minuman di pojok ruangan membuat Ervin melangkahkan kakinya mendekat.
Mengambil satu kaleng minuman soda dari sana.
Memang bodoh. Tujuan pertama ke kafetaria untuk mencari makanan agar perutnya bisa diam. Namun, yang pertama kali ia ambil adalah minuman bersoda, yang harusnya di hindari penderita asam lambung.
Ervin berputar seratus delapan puluh derajat. Pandangannya mengedar, melihat isi ruangan mencari apakah ada makanan instan yang dapat ia beli.
Namun, seseorang mengalihkan fokus Ervin.
Seseorang yang berdiri di meja kasir, merogoh saku. Mata Ervin melihat jelas perempuan itu merogoh semua saku. Antrian yang meski tidak banyak pasti membuat Zara merasa tidak enak. Apalagi dua orang di belakang Zara berseragam. Pasti karyawan tetap.
Tak berpikir lebih panjang, Ervin mengambil mini burger yang kebetulan ada di dekatnya. Setelahnya ia melangkahkan kaki cepat menuju meja kasir. Meletakkan satu kaleng soda dan mini burger yang ia ambil ke atas meja.
"Sekalian punya dia, Mbak." Ervin menunjuk Zara.
Kasir itu terlihat mengangguk.
Sedangkan Zara menatap wajah Ervin. Tangannya tak lagi merogoh saku mencari uang. Tak berselang lama ia memutuskan meninggalkan meja kasir. Melangkahkan kaki menjauh.
"Jadi duapuluh lima ribu, Dek."
Ervin mengangguk. Ia merogoh saku kemeja, mengambil satu lembar uang lima puluh ribuan dan menyodorkan pada sang kasir.
Setelah menerima kembalian, Ervin mengambil apa yang ia beli dan satu cup minuman milik Zara.
Ia menoleh mencari Zara. Melangkahkan kaki, sambil mencari.
Tebakan Ervin tujuan Zara tak jauh-jauh dari ruangan mereka berdua.
Mempercepat langkah, Ervin akhirnya melihat Zara. Cewek itu berjalan di lorong sepertinya memang berniat kembali ke ruangan.
Ervin mempercepat langkah kakinya. Setelah hanya berjarak kurang lebih tiga meter, mengeluarkan suara. "Zara!"
Zara menghela napas. Langkah kakinya berhenti.
Menghentikan langkah di hadapan Zara. "This is yours, right?" Menyodorkan cup minuman Zara.
Zara menoleh. Melihat teh hangat yang tadi ia ambil. Ia kemudian menggeleng. "Bukan."
Ervin mengambil tangan Zara. Membuka tangan cewek itu, agar dapat memegang minuman yang sampai kini Ervin tak tahu minuman apa. "Gue cuma mau bayar kebaikan lo dulu."
"Dulu?"
"Pas pengumuman rekan," ucap Ervin, mengingatkan. Hanya alasan, tentu saja. Agar Zara mau menerima kembali minuman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedikit Kisah dari ZEL
Teen FictionKarena bersama belum tentu menjadi miliknya. Perempuan bernama Zara Anindira, mau tak mau harus menghadapi takdirnya. Dari kepindahannya ke SMK Bhayangkara sampai akhirnya Zara bertemu Ervin. Untuk yang kedua kalinya, Zara mencoba mendekati laki...