Thirty Four: Complicated Day

0 1 0
                                    

Ervin tak pernah tahu Food Makmur dibuka sepagi ini. Jam lima pagi, saat Ervin tak ada tujuan lagi selain ke tempat PKLnya.

Ervin baru saja pulang dari Jakarta. Mengendarai mobil, benar-benar baru sampai dan langsung menuju Food Makmur. Ervin memilih tempat ini. Tempat tujuan apa pun selain rumah.

Dan baru tahu Food Makmur dibuka sepagi ini.

Meletakkan tasnya begitu saja ke lantai, tas berisi satu pasang baju dan dua bungkus roti isi yang ayahnya beri. Yang memberi petuah agar memakan roti itu bahkan sebelum Ervin pulang.

Tapi bahkan sampai kini Ervin tak memakan itu. Menyentuh sedikit pun tidak.

Ervin beralih mengambil sesuatu yang lain di tasnya. Yang lain, yang menyebabkan candu, tetapi bisa menghilangkan stres meski hanya beberapa waktu.

Menyalakan pemantik, menyulut batang pertama rokoknya hari ini. Menyesapnya.

Rokok.

Ervin sudah candu dengan itu. Sudah lama. Sejak satu tahun terakhir.

Ervin menghela napas. Membuang karbon dioksida yang bercampur asap rokok.

Kini duduk menyender memperhatikan matahari yang mulai terbit, memunculkan gradasi oranye dan abu-abu yang mulai menghilang.

Sampai kini Ervin tak pernah tahu apa bedanya siang dan malam. Karena baginya, siang dan malam sama saja.

Sama hanya memberikan lelah.

Ervin tak pernah tahu juga, kapan terakhir ia berisitirahat.

Karena sejak Ersha kecelakaan, sejak itu juga hidup Ervin mulai berubah.

Tak ada istirahat dalam hidupnya.

Karena Ervin hanya sendiri menghadapi semuanya.

Tinggal sendiri, mengurus semuanya sendiri. Sebenarnya ia tak merasa kesulitan dengan dirinya. Karena bahkan tak pernah menyusahkan dirinya sendiri untuk masak. Untuk membersihkan rumah, ataupun untuk mengatur rumah.

Karena Ervin bisa memesan makanan.

Untuk rumah, Ervin tak pernah membersihkan. Sekalipun. Karena itu rumah berantakan dan suram.

Hanya satu.

Ervin tak bisa membiarkan dirinya sendirian di rumah.

Karena rumah, menjadi tempat utama Ervin mengingat semuanya bersama Ersha. Semuanya, entah hal baik atau hal buruk bersama kembarannya.

Ervin menyesap rokoknya lagi.

Menarik satu sudut bibirnya teringat dengan semua kejahilan Ersha.

Hanya sepersekian detik sampai mau tak mau dirinya teringat dengan apa yang baru saja ia lakukan kemarin.

Menjenguk Ersha, yang memburuk.

Berdecak. "Ck. De, De. Abang lo ini harus ke sana tiap hari apa, biar kondisi lo nggak down?"

Ervin ke Jakarta setelah tahu kondisi Ersha. Namun, tiba di sana ajaibnya Ersha membaik.

Sebenarnya Ervin berencana lebih lama di sana. Tapi ketidakhadirannya satu hari saja sudah memberi poin negatif pada nilai PKLnya. Nanti akan ada berapa poin negatif jika Ervin benar-benar memperpanjang bolosnya.

"Ervin."

Ervin sontak menoleh mendengar seseorang yang memanggilnya bersamaan dengan suara benda terjatuh.

Bola matanya terhenti pada perempuan yang berdiri tujuh meter darinya.

Zara.

Zara diam di tempat, tak mempedulikan kotak makan yang terjatuh sampai isinya berserakan di bawah sana.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang