Thirty One: Lose, Again

0 1 0
                                    

Tak terasa, PKL sudah dilaksanakan dua bulan. Artinya, hanya tersisa satu bulan sampai PKL selesai.

Setelah PKL, semuanya akan seperti semula lagi. Kembali belajar, kembali ke rutinitas, kembali ke kegiatan semula.

Tak ada yang berbeda dari hari kemarin.

Zara masih berangkat dengan Liam. Pulang juga. Tak pernah lagi pulang bersama Ervin, karena kini benar-benar bertekad pada dirinya sendiri. Demi Liam, terutama.

Paling jauh Zara hanya menanyakan tentang laporan, atau selama kegiatan, itu saja. Tidak lebih.

Decitan dari kursi dan lantai mengalihkan perhatian Zara. Ia menoleh, pada asal suara itu.

Dari meja Ervin.

Cowok itu berdiri, terlihat buru-buru melangkahkan kaki menuju toilet di pojok ruangan.

Melihat itu Zara merasa ada sesuatu yang tidak biasa. Tapi ia memilih acuh. Kembali menatap layar, membuat file excel.

Namun, tak sampai lima menit terdengar suara cukup keras dari dalam toilet yang membuat Zara sontak berdiri. Seperti pukulan.

Memutuskan mendekati toilet, memberanikan diri mengetuk pintunya. "Vin, are you okay?" tanyanya cukup keras.

Tak ada balasan dari dalam membuat Zara kembali mengulang. "Vin, answer me!" Kali ini lebih keras.

Menunggu beberapa waktu, Zara hanya bisa menghela napas tak mendapat balasan juga.

Mundur satu langkah, Zara memutuskan menjauh.

Namun, belum sempat ia berbalik pintu toilet terbuka.

Betapa terkejutnya Zara mendapati Ervin yang limbung dan hampir terjatuh. Untungnya Zara sigap menahan tubuh Ervin. Meski sulit karena tubuh Ervin yang besar.

Zara mendongak. "Lo kenapa? Lemes? Pusing?" tanyanya.

Ervin menggeleng. Perutnya bergejolak. Rasanya ada sesuatu yang ingin keluar. Perutnya panas. Tubuhnya juga terasa lemas.

Melihat gelengan Ervin membuat Zara bingung harus melakukan apa. Dirinya tidak mungkin bisa lebih lama menahan tubuh Ervin.

Melihat kursinya yang cukup dekat, membuat Zara berniat mengambil kursi itu untuk Ervin duduk. Menghadap Ervin, "lo bisa berdiri sendiri dulu?" tanya Zara.

Meski tidak yakin Ervin mengangguk.

Melihat anggukan Ervin, Zara menurunkan lengan Ervin yang berada di pundaknya. "Bentar," ucapnya lalu mendekati mejanya.

Mengambil kursi, menariknya ke dimana Ervin berdiri. "Duduk, Vin," perintah Zara.

Ervin menurut. Duduk. Tubuhnya terasa lemas bahkan merasa tak sanggup berdiri lama.

Zara mengelap keringat di dahi Ervin. "Lo butuh apa? Minum? Air anget? Atau yang lain?" tanyanya.

Ervin menggeleng pelan. "I just need some time," ucapnya lalu menyender. Menahan gejolak di perutnya. Sial. Biasanya asam lambungnya tak separah ini.

"Asam lambung lo naik ya? Gue ambilin air hangat aja, ya?" tanya Zara. Sungguh. Melihat wajah pucat Ervin membuat Zara merasa harus melakukan sesuatu.

Ervin mengulum mulutnya. Sial. Sial. Ia berdiri, cepat masuk ke toilet. Memuntahkan isi perutnya.

Sampai lupa, tak menutup pintu.

Membuat Zara bisa melihat apa yang terjadi pada Ervin.

Zara tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Terpaku melihat Ervin. Tak tahu asam lambung Ervin memberikan efek seperti ini.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang