Liam mengaduk teh sitron yang baru saja ia seduh. Sudah hampir pukul duabelas malam, tetapi ia belum juga bisa memejamkan mata; tidur.
Merasa lelah. Merasa ingin berhenti.
Tapi Liam tak bisa.
Kepalanya tak bisa berhenti memikirkan perempuan bernama Zara.
Zara, Zara, dan Zara.
Selalu perempuan itu.
Meski Liam sudah menjauh, sudah berusaha menghindar dari Zara, Liam sadar. Meski tubuhnya sudah berusaha jauh, sebenarnya Liam masih ingin menemui Zara.
Selalu memikirkan Zara, setiap waktu. Selalu.
Liam menghela napas. "Damn. Shut it down," decaknya.
Mengetuk jarinya ke meja, Liam bingung harus memutuskan apa.
Sebenarnya ia ingin tetap berada di samping Zara. Tetap peduli dan ada untuk Zara meski itu terkadang terasa sulit. Sulit saat Zara terang-terangan mulai berbicara laki-laki bernama Ervin.
Tapi ucapan Devi benar. Liam juga harus memikirkan dirinya sendiri. Harus mengutamakan dirinya sendiri, diatas peduli pada orang lain.
"Ck. Complicated."
Liam akhirnya mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja.
Akhirnya mencari nomor yang akhir-akhir ini tak ia hubungi, membuka roomchat.
Tak butuh waktu lama sampai Liam selesai mengetik.
Namun, setelahnya Liam terdiam.
Jarinya terhenti di udara. Terhenti.
Liam tak kunjung mengirim pesan itu pada Zara.
Menimang, apakah iya atau sebaliknya.
Liam menghirup napas. Menutup mata, ia menekan asal ponselnya.
Sekian detik Liam kembali membuka matanya.
Pesannya terkirim.
Memijat pelipis pelan, Liam meletakkan kembali ponselnya sebelum tangannya berbuat hal lain. Menarik pesan, misal.
Meletakkan begitu saja, masih berada di roomchat bersama Zara.
Menampilkan pesan yang telah Liam kirim pada Zara.
Ra, besok lo jadi pergi?
Di sisi lain, Zara baru saja membaca pesan yang Liam kirim.
Zara belum tidur. Tepatnya tidak bisa tidur karena masih memikirkan rencana kepergiannya bersama Ervin ke Jakarta.
Terdiam, Zara semakin bingung selepas membaca pesan dari Liam.
"Ck. Gue harus apa?"
Zara melempar bantal di pangkuannya ke sembarang arah.
Bantal itu tergeletak pada lantai, di samping ransel. Ransel berantakan yang beberapa kali Zara sentuh entah untuk mengemas, atau sebaliknya. Mengembalikan isinya ke tempat seharusnya.
Zara menghela napas dalam.
Dirinya sudah sempat menyiapkan baju dan barang-barang lain. Beberapa sudah di kemas ke tas, ada juga yang masih berserakan.
Namun, sebenarnya Zara masih bingung dengan dirinya sendiri.
Ditambah pesan yang baru saja ia terima dari Liam.
"Ck. Gue nggak akan bisa tidur malam ini," ucap Zara merebahkan tubuhnya.
Memperhatikan langit-langit, Zara benar-benar tak tahu harus mengambil langkah apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedikit Kisah dari ZEL
Teen FictionKarena bersama belum tentu menjadi miliknya. Perempuan bernama Zara Anindira, mau tak mau harus menghadapi takdirnya. Dari kepindahannya ke SMK Bhayangkara sampai akhirnya Zara bertemu Ervin. Untuk yang kedua kalinya, Zara mencoba mendekati laki...