Three: Sedikit tentang Zara

0 1 0
                                    

Zara berjalan menuju kasur. Merebahkan tubuhnya bersama satu bungkus snack kentang di tangan yang sempat ia ambil dari dapur. Sedangkan tangan kiri Zara mengambil ponsel.

Sepulang sekolah ia tak melakukan apa-apa. Hanya malas-malasan. Lagi pula ia tidak ada minat menghabiskan energi. Lebih baik tiduran.

Tapi itu terjeda setelah ia mendengar ketukan pintu.

Kalau Naura, tidak mungkin. Pasti kakaknya akan langsung masuk tanpa mengetuk pintu.

Lalu siapa?

Tak mau menebak, Zara bangun dari tidurannya berjalan keluar kamar.

"Iyaa, sebentar."

Zara membuka pintu depan.

"Hai, Ra."

"Liam?"

Liam tersenyum. "Yuk."

"Kemana?" tanya Zara.

"Katanya mau ngilangin badmood," jawab Liam menarik tangan Zara.

"Lo tahu alamat rumah gue dari mana?"

Liam memiringkan kepalanya. "Ada deh. Tapi itu nggak penting. Udah, ayo berangkat," ajaknya.

"Eh-eh, bentar gue ganti baju dulu."

Liam menggeleng. "Ngga usah, lo pakai itu juga udah cantik," ucapnya.

Zara berdecak. "Ck. Mau kemana sih?"

"Pokoknya nanti pasti lo suka," jawab Liam menghentikan langkahnya.

Zara mendengus. Lagi. Liam pintar membuatnya penasaran.

"Yuk, naik."

Zara terdiam.

"Naik motor?" tanyanya pelan melihat motor sport yang sudah Liam hidupkan.

Liam mengangguk. "Iyalah. Masa naik becak?"

Zara mengulum bibirnya. Pelan ia naik.

"Udah?"

"U...dah."

Liam mengangguk. "Pegangan, Ra." Ia menarik stang gas. Mulai mengendarai motornya.

Zara menurut. Berpegangan pada jaket yang Liam pakai.

"Ra. Lo suka es krim?" tanya Liam di sela mengemudinya. "Atau lo lebih suka coklat?"

"Ra?" Liam melirik spion motornya. Melihat Zara.

Zara mengencangkan pegangannya. Memejamkan mata.

"Ra? Lo kenapa?" tanya Liam lagi. Menyentuh tangan Zara yang berpegangan pada jaketnya. Dingin.

"Ra?"

Hening.

"Zara!"

Liam memilih menepi. Mematikan mesin motor lalu menghadap Zara. Perempuan itu menutup mata. Liam baru sadar napas Zara pendek.

"Turun, Ra."

Zara membuka matanya. Pelan turun dari motor.

Liam ikut turun. "Lo kenapa?" tanya Liam khawatir. Melihat jelas keringat yang mengalir di wajah Zara.

Zara menggeleng. Tubuhnya lemas. Jantungnya berdebar. Lagi, Zara mencoba menghilangkannya dengan memukul dada.

Liam melebarkan matanya. "Jangan dipukul, Ra," ucapnya menahan laju tangan Zara. Tak tahu harus melakukan apa, Liam akhirnya menarik tubuh Zara ke pelukannya. Meski awalnya ragu, Liam mengelus punggung Zara pelan. Banyak tanda tanya muncul di kepalanya. Tapi itu untuk nanti.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang