Nine: Zara, Ervin dan Liam

0 1 0
                                    

"Hari ini tumben lo kelihatan senang, Ra?"

Zara menoleh. "Emang iya?"

Devi mengangguk. "Hm. Dari tadi lo senyum mulu. Kenapa?"

Zara mengaduk mi ayamnya. "Lo tahu, 'kan kemarin gue ketemu Liam," ucapnya. Ia lalu melahap mi ayamnya.

Bel istirahat berbunyi sepuluh menit yang lalu. Mereka berdua memutuskan makan mi ayam setelah mengantri kurang lebih lima menit.

Devi mengangguk.

"Gue di ajak ke pantai sama dia," ucap Zara.

"Wih. Udah baikan nih?"

Zara mengangguk. "Iya. Kalau dipikir lagi omongan lo bener, Dev. Niat Liam baik. Gue'nya aja yang tutup mata."

Devi mengulurkan jempol tangannya. "Sip, Ra. Pinter temen gue." Ia memberi jeda. Tiba-tiba ia menyadari satu hal. "Ya walaupun gue nggak tahu dia gimana," lanjutnya.

Mata Zara melebar. "Ah! Gue belum pernah ngenalin lo sama Liam, ya?"

Devi mengangguk. "Hm. Gue cuma tahu wajah dia aja. Itu juga sekilas."

Benar. Zara sadar kalau Devi dan Liam belum pernah bertemu dengan disengaja. Hanya satu kali, dulu saat di lapangan. Ia menghadap Devi. "Sorry ya, Dev. Gue nggak kenalin Liam sam--"

"Gue kenapa?"

Suara itu membuat ucapan Zara tak terselesaikan.

Zara dan Devi sontak menoleh ke sumber suara.

"Liam?" tanya Zara.

Liam menarik kursi di samping Zara. Duduk. "Hai, Ra." Ia beralih melihat perempuan yang duduk di depannya. "Lo...."

"Devi. Yang di lapangan dulu," ucap Devi memperkenalkan diri.

Liam memiringkan kepalanya. "Ah! Elo?" Setelah beberapa detik ia baru mengingat.

Devi mengangguk. "Hm."

"Nggak pesan makan lo, Li?" Kini Zara yang membuka suara.

Liam melihat gerobak makanan. Ia kemudian menggeleng melihat kerumunan yang mengerubungi. "Nggak, ah. Males ngantri."

Zara berdecak heran. "Ck. Makannya kemarin sakit lo," ucapnya.

"Kalau kemarin beda," balas Liam.

"Alesan." Zara menggeser mangkuk mi ayam miliknya ke hadapan Liam. "Makan aja punya gue," lanjutnya.

"Tumben baik," ucap Liam.

Zara mendengus. "Baru tahu aja lo." Ia kemudian menyeruput es jeruknya.

Mendengar itu Devi jadi teringat sesuatu. "Oh iya. Kemarin Ervin nyariin lo, Ra."

Mendengar itu Zara tersedak. "A-apa, Dev? Ervin nyariin gue?" tanyanya.

Liam sama. Sama-sama kagetnya. Sampai gerakan mulutnya memelan.

Devi mengangguk. "Hm. Masa dia tiba-tiba masuk kelas. Tiba-tiba tanya lo kenapa nggak masuk. Cih. Aneh banget," jelasnya.

Mata Zara melebar. Ervin mencarinya? Untuk apa? Kemarin ia memang mendapat panggilan dari lelaki itu. Tapi Zara tolak.

Deringan ponsel membuat mengalihkan perhatian ketiganya pada ponsel Zara.

Dari samping Liam melihat jelas nama Ervin di layar depan.

Zara mengambil ponselnya. Membuka pesan yang masuk.

Ervin
Ke kelas.

Zara sontak berdiri.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang