Fourteen: Healing or Refreshing

0 1 0
                                    

Liam tersenyum begitu masuk bus melihat Zara duduk di kursi depan. Ia menghampiri Zara.

"Zara," panggil Liam.

Zara mendongak. Tersenyum kecil. "Hai, Li," balasnya.

Liam melirik laki-laki paruh baya yang duduk di samping Zara. Sedikit kecewa tidak bisa duduk di samping Zara. Ia lalu melirik bangku di belakang Zara. Kosong. "Ra, gue di belakang lo," ucapnya.

Zara mengangguk singkat. "Iya."

Setelah mendengar balasan Zara, Liam lalu melangkahkan kaki dua langkah duduk di belakang bangku Zara.

Sepertinya hari ini Zara sudah lebih baik dari kemarin sore. Kemarin sore ia dan Zara kurang lebih keluar dari aula pukul empat limapuluh sore.

Mengingat sudah sore akhirnya langsung memberhentikan taksi untuk transportasi ke rumah. Tidak membuang waktu menunggu bus yang kemugkinannya hanya kecil. Pertama ke rumah Liam, selanjutnya ke rumah Zara.

Flashback Liam terhenti saat matanya melihat Zara yang tiba-tiba berdiri.

"Bu, duduk di sini aja." Zara mengatakan itu.

Selanjutnya Liam melihat ibu-ibu yang kiranya berusia tigapuluhan tersenyum berterima kasih pada Zara. Beranjak duduk di bangku yang tadinya Zara tempati.

Zara membalas senyuman ibu itu. Tarikan pada jaket hitam Liam yang kepemilikannya sudah berpindah tangan ke Zara membuat Zara menoleh. Liam yang menarik. Zara mengernyit seolah bertanya ada apa.

Liam berdiri. "Duduk di sini," ucapnya.

Zara menggeleng. "Udah, nggak apa-apa. Bentar lagi sampai," balasnya.

Liam menggeleng. "Duduk," ucapnya mendorong tubuh Zara pelan ke bangku yang tadinya ia duduki.

Zara mengerucutkan bibirnya. Ia mendongak melihat Liam yang kini berdiri di sampingnya. "Thanks," ucapnya lalu tersenyum tipis.

Liam mengangguk pelan. Mengedarkan pandangannya ke seluruh bus. Benar. Ternyata bangkunya terisi semua. Matanya beralih melihat wajah Zara. Perempuan itu menunduk fokus pada ponsel.

Senyum tipis terbit di bibir Liam.

Rasa kagum pada Zara semakin bertambah.

Zara yang berdiri membuat Liam sontak mengalihkan pandangannya tak lagi memperhatikan Zara.

"Li."

Setelah mendengar itu Liam baru menghadap Zara. Mengernyit. "Hm?"

"Lo nggak mau turun?" tanya Zara lalu berdiri.

Mata Liam melebar menghadap depan. Baru sadar ternyata sudah sampai halte Bhayangkara. Ia menghadap Zara kembali. Tersenyum kecil. "Ayo, turun," ucapnya.

Zara mengangguk mengikuti Liam turun dari bus.

Keduanya berjalan beriringan masuk SMK Bhayangkara.

"Ra."

"Hm?" balas Zara tanpa menoleh.

Liam menghirup napas. "Tadi malem lo nggak apa-apa, 'kan?"

Zara menoleh. Ia lalu mendengus. "Nggak usah basa-basi kali, Li. Gue tahu lo mau tanya yang lain, 'kan?" tanyanya.

Liam menghela napas. Ketahuan. "Em... Ya gitu," jawabnya.

Zara menggeleng heran. "Lo kira gue nggak kenal lo?"

Dalam hati Liam mengangguk. Iya. Zara tidak tahu dirinya. Tapi Zara tahu perilakunya. Zara hanya tahu Liam dari luar. Bukan Liam dari dalam.

"Gue nggak apa-apa kok, Li."

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang