Twenty Five: Pilihan Zara

0 1 0
                                    

Besok menjadi hari pertama pelaksanaan PKL siswa Bhayangkara. Di tempat masing-masing, dengan rekan masing-masing.

Seperti hari kemarin, siswa mendapat hari bebas. Bebas melakukan apa pun di sekolah. Bahkan memilih tinggal di rumah tidak berangkat ke sekolah pun tak apa.

Hari ini juga sama seperti kemarin.

Namun, Ervin tidak memilih opsi kedua. Memilih tetap ke Bhayangkara, meskipun belum tahu tujuannya apa. Ia hanya tak ingin tinggal di rumahnya yang sepi.

Setidaknya di sekolah Ervin tidak sendiri. Meskipun di sekolah hanya melihat entah siapa yang berlalu lalang. Meskipun sejatinya tetap sendiri.

Mendribble bola, berlari kecil mendekati ring. Melempar bola berwarna oranye, melakukan shooting.

Ervin berdecak melihat bola itu mengenai ring dan memantul menjauh.

Mengikuti arah bola, langkah kaki Ervin terhenti ketika bola basket diambil seseorang.

Mendongak, membuat Ervin dapat melihat perempuan berpakaian sama dengannya. Eksekutif akuntansi.

Ervin sontak menengadahkan tangannya ketika Devi melempar bola. Membuat bola berpindah tangan.

Tanpa sepatah kata, Devi meninggalkan Ervin kembali melangkahkan kaki.

Ervin diam di tempat. Memperhatikan Devi yang semakin jauh.

Menghela napas, Ervin melempar bola ditangannya.

"Devi!"

Panggilan itu sukses membuat langkah kaki Devi terhenti.

Melihat Devi berhenti, Ervin melangkahkan kaki mendekat.

Ia sudah mengambil keputusan.

"Kenapa?" tanya Devi singkat.

Ervin menghirup napas. "Maafin Zara."

Devi mengernyit. "Maksud lo?"

"Maafin Zara." Ervin menekankan.

Devi berdecak. "Setelah semua fakta dia nyembunyiin kecelakaan itu dari gue, lo mau gue maafin dia begitu aja?"

Ervin mengangguk.

Devi memutar matanya jengah. "Nggak." Ia memberi jeda. "Zara sama sekali nggak cerita ke gue soal Ersha. Zara nyembunyiin kecelakaan yang bahkan udah satu tahun lalu. Selama ini dia buat gue jadi orang bodoh yang nggak tahu apa-apa, Vin!"

Ervin menggeleng. "Enggak."

Devi melotot. "Maksud lo apa sih? Tiba-tiba belain Zara kaya gini?! Zara nggak cerita soal Ersha ke gue, Vin!" Devi menghirup napas. "Tiba-tiba aja Ersha dan Zara keluar dari Bhayangkara, lo tahu apa pikiran gue waktu itu?" tanyanya.

Ervin menghela napas. Ada satu lagi yang tak ia sadari, ternyata.

"Gue kira gue ngelakuin kesalahan sama mereka, Vin! Gue kira gue jahat sama mereka, sampai-sampai mereka keluar dari Bhayangkara!" Devi mengatur napasnya. Ia mendengus. "Tapi ternyata apa? Mereka kecelakaan, dan nggak ada satupun yang kasih tahu gue tentang itu. Sekalipun Zara yang kembali lagi ke sini," lanjutnya.

Ervin menatap mata Devi. Kilatan amarah terkumpul di sana.

"Lo pikir gue harus apa, Vin? Maafin dia? Setelah semua kejadian yang Zara tutupin dari gue?" tanya Devi. "Gue nggak mungkin bisa maafin di--"

"Bisa," ucap Ervin tanpa menunggu Devi selesai. "Lo bisa maafin Zara setelah tahu semuanya," lanjutnya.

Devi berdecak. "Ternyata dia masih nyimpen banyak hal dari gue," ucapnya mendengar ucapan Ervin.

Sedikit Kisah dari ZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang