a/n
Kali ini agak panjang, ya.
One more time, happy reading!
...
Zara menghirup napas dalam. Ia sudah berdiri di depan pintu rumah Ervin.
Namun, yang tadinya yakin bisa masuk ke rumah itu, kini rasanya Zara ragu.
Tiba-tiba merasa takut.
Tiba-tiba rasa bersalah mulai mengerubungi.
Zara memejam, mengepalkan tangan.
Apa dirinya bisa?
Apa di dalam sana ada orang tua Ervin? Apa Ersha ada di dalam? Apa Ersha akan baik-baik saja jika melihat orang yang membuatnya koma? Membuatnya celaka?
Juga ....
Apa ... Ervin ada di dalam?
Apa Ervin mengingat janjinya? Janji, untuk ada saat Zara menemui Ersha.
Apa Zara bisa percaya pada cowok itu?
Zara menghela napas dalam. Ia menggeleng. Tidak. Ia tidak bisa. Tidak bisa. Ia tidak bisa menemui Ersha sekarang.
Membuka mata, Zara berbalik. Tak mengetuk pintu, tak akan masuk ke rumah Ervin.
Melainkan melangkahkan kaki, Zara akan pulang.
Namun, belum sampai melangkah lima kali, Zara terhenti mendengar pintu terbuka.
Memejam, siapa yang membuka pintu?
"Lo mah boong mulu!"
"De, lo mau ke mana sih?"
"Bodo! Gue mau cari Zara. Udah ah, sana masuk. Nggak usah ikutin gue."
Zara terdiam mendengar suara itu. Jantungnya berdegup kencang.
Tangannya gemetar, napasnya memburu.
Tidak. Itu bukan Ersha, 'kan?
"Zara?"
Zara memejam mendengar panggilan itu. Tidak salah lagi. Itu benar-benar Ersha.
"Ra! Zara! Lo Zara, 'kan?"
Zara mengepalkan tangannya. Tidak ada waktu untuk lari. Tidak ada.
Pelan, akhirnya memutar. Berbalik, tetapi pandangannya turun. Menunduk. Tak berani menatap siapa orang di hadapannya.
"Iya! Zara!"
Zara mengepalkan tangan, menahan degup jantungnya yang semakin cepat. Ia gugup.
"Vin, lo boong apa jujur sih? Katanya Zara nggak mau ke sini? Terus ini?" tanya Ersha pada Ervin.
Ervin menggeleng pelan. Ia juga tak paham. Pandangannya terpaku pada perempuan yang menunduk di hadapannya. Iya. Itu memang Zara. Tapi, kenapa Zara tak memberi kabar akan ke rumah? Dan Ervin pikir Zara tak akan secepat ini membuat keputusan.
"Ra! Lo kok nunduk aja sih?" tanya Ersha mendekat.
Zara menggeleng. Apalagi melihat benda di samping kaki Ersha yang menyangga tubuh temannya itu.
Ervin bohong. Bahkan saat Zara tak menatap Ersha pun, ia bisa melihat Ersha tidak baik-baik saja.
"Zara? Lo kenapa nunduk aja?"
Zara menghirup napas. Pelan, ia mendongak.
Napasnya tertahan. Tercekat melihat kruk yang menyangga tubuh Ersha. Pandangan Zara naik, pada kasa yang tertempel di kening Ersha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedikit Kisah dari ZEL
Teen FictionKarena bersama belum tentu menjadi miliknya. Perempuan bernama Zara Anindira, mau tak mau harus menghadapi takdirnya. Dari kepindahannya ke SMK Bhayangkara sampai akhirnya Zara bertemu Ervin. Untuk yang kedua kalinya, Zara mencoba mendekati laki...