SEKOLAH BARU 08.

91 10 0
                                    

🧚🧚🧚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🧚🧚🧚

  Saat menengok ke arah datangnya suara, rupanya seorang anak sedang bertemu dengan ibu dan ayahnya. Yang membuat suasana jadi haru.

"Dagol, aku tak kuasa melihat pemandangan ini. Dimana anakku Saca, Ki?"

"Sabarlah, nyai. Bulukuduku berdiri melihat ini nyai. Jika manusia merusak dan tak mempan di beri peringatan, alam punya caranya sendiri untuk menghukumnya."

"Oh, Ki. Lihatlah! Rumah itu hanya menyisakan atap atasnya saja. Dan lihat! Orang itu sepertinya sedang bingung."

"Sepertinya ia shock melihat ini semua, nyai."

"Coba Ki kita kearah sana. Astaghfirullah, kampung yang berdekatan dengan kampung Menyan semuanya tak tampak satupun."

"Benar nyai, lima kampung amblas masuk kedalam tanah. Lihatlah itu, nyai! Gelombang tanah menganga berhenti di atas rumah itu yang tingginya dua kali lipat dari rumah tersebut."

"Oh, Tuhan. Aku tak sanggup melihat kejadian ini Ki. Suara jerit tangis seperti ada yang meminta tolong dari kejauhan."

"Betul nyai, lebih baik kita pergi dari sini. Walaupun aku terbiasa melihat darah dan mayat, tetapi kali ini aku tak kuasa melihat bencana ini."

"Saca, semoga kau tenang di alam sana."

Setelah lama membayangkan akibat bencana tanah bergerak lama Nenek merenung dan akhirnya terlelap tidur kembali.

^_^^_^^_^

    Benar saja keesokan harinya Nenek mendaftar pupuh ke sekolah SD di pelosok Kampung Salam, walaupun perjalanan jauh yaitu dua kilometer Pupuh sangat bersemangat.

"Nenek, terimakasih telah memasukkan aku ke sekolah ini. Nenek gak cape!"

"Sudah! Hiraukan hal itu. Dengar! Ini sekolah SDN satu-satunya di kampung Salam ini. Kamu harus belajar dengan giat. Oh, iya. Kamu hapalkan jalan pulangnya?" Pupuh hanya mengangguk dan Nenek berbicara kembali." Ingat! Pulang sekolah langsung pulang jangan kelayapan ke mana-mana. Nenek langsung pulang dahulu banyak kerjaan di rumah, nanti gurunya akan panggil kamu. Kamu turuti perintahnya, jaga sopan santunnya ya neng."

"Baik Nek."

Nenek segera meninggalkan pupuh dan tak lama berselang Ibu guru datang menghampirinya dan membawanya ke dalam kelas lima.

"Baiklah anak-anak kita kedatangan murid baru, silahkan Nak perkenalkan dirimu di depan teman-teman barumu." Ujar Ibu guru.

Saat pupuh berjalan semua anak pada berbisik-bisik, karena jalannya pincang dan mengayun.

"Perkenalkan semua, nama aku Pupuh Rinjani. Aku..."

"Namanya aneh Pupuh, pus... pus haha... Kaya nama kucing."

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang