KONFLIK 24

82 11 0
                                    

   

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Pupuh dan Agung yang tidak bisa mengikuti pelajaran pak Dudung terpaksa harus menerima hukuman untuk membersihkan kebun di belakang sekolah.

"Agung bagaimana kalau kita cabuti rumputnya lalu kita tinggikan tanahnya?"

"Terserah."

Agung masih saja malas berteman dengan Pupuh.

"Ya sudah, aku mulai dari tanah barisan pohon singkong."

Agung masih saja malas-malasan di pinggir kebun sambil berteduh.

"Hai, pohon singkong. Asik ya jadi kamu. Daunmu, umbimu, bahkan kau termasuk tumbuhan yang di tanam di mana saja pasti hidup. Aku kepingin jadi kamu" ucap Pupuh sambil mencabuti rumput di sekitarnya.

"Orang gila pahon di ajak ngomong" gerutu Agung masih enggan beranjak dari duduknya.

"Daunmu bisa untuk di masak, umbimu bisa untuk tepung, keripik, di rebus, bahkan Nenekku bisa usaha dari kamu."

"Dasar halu." Celetuk Agung.

Pupuh yang mendengar celetukan itu langsung bereaksi menghampiri.

"Dengar agung! Aku salut sama solidaritas kamu ke temanmu Ade, tetapi kau menempatkannya pada posisi yang salah."

"Apa maksudmu?"

"Kau membela teman itu, bagus. Tetapi membiarkan mereka berbuat jahat dan kau menerima akibatnya itu salah. Kau biarkan mereka menjadi pengecut atas kesalahan mereka itu suatu ketololan."

"Alah...  jangan ceramah di sini, itu gak penting."

"Oh begitu, baiklah kalau begitu. Kau masih mau duduk-duduk di situ tanpa membantu aku."

"Iya, iya, berisik Luh. Dasar mulut perempuan."

"Ehmm..." Pupuh menarik napas sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Tiba-tiba datang mang Karmin dari pinggir kebun.

"Hai ..., kalian. Nih! gunakan cored ini agar pekerjaan kalian cepat selesai."

Pupuh Datang menghampiri.

"Terimakasih Mang."

"Kenapa si Agung? Masih marah sama saudaranya sendiri."

Pupuh mengerenyitkan dahi bingung akan ucapan mang Karmin.

"Saya bukan saudaranya, Mang."

"Kamu memang bukan saudaranya Pupuh, tapi Imam adalah saudaranya."

"Saudara??"

"Iya, mereka itu saudara. sudah sana kasih corednya pada Agung! kalau Mang Karmin kasih pacul ke kalian takut terkena kaki nanti."

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang