AKHIRNYA 31

83 11 0
                                    

    

Hari itu hari terakhir Biantoro menjalani fisioterapinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu hari terakhir Biantoro menjalani fisioterapinya.

"Selamat ya, Bu. Ini benar-benar mukjizat dari yang kuasa, Bian sudah sepenuhnya pulih."

"Alhamdulillah Dokter, ini juga berkat kerjasama Dokter dan para perawat yang dengan sabar selama delapan tahun merawat anak saya yang koma."

"Baiklah, kalau begitu saya tinggalkan kalian.  Saya masih ada pasien. Selebihnya biar suster yang mengurus."

"Oh, iya Dokter. Terimakasih."

Ibu Sri dan Bian pulang dengan bahagia.

"Lihat Bian! Nenek mu sudah siap menyambut."

Setelah keluar dari mobil, Bian segera berlari dan mengangkat Neneknya.

"Nenek... Bian sudah sembuh, Nek."

"Bian, apa-apaan kamu?" Turunkan Nenek."

"Pokoknya Bian akan mengajak Nenek jalan-jalan."

"Bian, iya, iya, tapi turunkan Nenek! Jangan di putar seperti ini Nenek pusing."

"Bian, awas jatuh!" Sahut ibu Sri.

"Baiklah ibu, aku juga tak ingin menyakiti Nenekku tersayang."

Tapi disela-sela merangkul Nenek Bian berucap lirih.

"Ratih, aku akan mencari kamu."

Kebahagiaan keluarga Biantoro Pramana tak berlangsung lama saat seseorang masuk menerobos pos penjagaan menghampiri mereka.

"Hey, tunggu! Berhenti." Teriak pak satpam rumah.

"Tolong aku ibu! Tolong !" Ucap seorang pemuda dengan rambut gondrong, brewok, lusuh, di tambah wajahnya yang sebam penuh luka lalu pingsan.

"Siapa dia pak Satpam?" Ujar ibu Sri.

"Aduh, maaf ibu. Ia datang langsung menerobos masuk."

Bian datang ingin memeriksa.

"Tunggu, pak satpam! tutup pintu gerbang dan kalau ada yang bertanya katakan kalian tak melihat apa-apa."

"Tapi Nenek?" Sanggah ibu Sri.

"Cepat pak Satpam!"

"Baik Nek." Security itu langsung berlari.

"Bian, coba kau angkat dia taruh di ruang belakang."

Bian di bantu pembantu rumah langsung membantu pemuda tersebut.

"Nek, apakah tidak sebaiknya kita lopor polisi. Aku takut dia orang jahat, pencuri, atau perampok. Aku takut teman-temannya atau kelompoknya datang ke sini."

"Kamu tenang Sri, aku sudah berpengalaman menghadapi orang seperti ini."

"Tapi Nek!"

"Neng geulis, ini sudah jadi keputusan yang di atas kita yang harus menolongnya. Percayalah!"

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang