RAHASIA MASA LALU 23

86 11 1
                                    

  

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

   Sementara itu di pinggir kota Jakarta tepatnya di kota cikarang, di sebuah bangunan yang terbengkalai . Tampak ramai oleh sekumpulan orang yang sedang menyambung ayam.

"Hai lihat! Siapa yang datang tuh."

"Wah! Si Bos lama tidak muncul, kemana saja Bos?"

"Kemana lagi kalau bukan di kelonin janda kampung. Haha ..." Ucap si codet teman Anggara.

"Codet sini bagi gue duit. Gua kehabisan nih!"

"Tuh kan, apa kata gua juga. Kalau soal duit sih gampang, Bos. tapi Bos kudu ngadu Ayam dulu atuh ...."

"Itu sih beres, codet. Mana duitnya?"

"Nih, lima ratus ribu! Modal awal. Tapi, ganti nanti. Gak gratis."

"Alah... berisik lu codet, lihat saja! Ayam pilihan gua kalau buat diadu tidak pernah mengecewakan."

"Ya, sudah atuh. Kita mulai saja ngadu Ayamnya." Kata peserta yang lain.

"Ok, siapa takut." Jawab Anggara.

"Anj***g pake nyebut ok si Angga, sok atuh geura." Ucap codet dengan logat sundanya.

Rupanya kepergian Anggara sudah punya kehidupan sendiri di kota, seperti berjudi, bandar sambung Ayam. Narkoba. Tempat yang sepi dan jauh dari perkampungan penduduk membuat mereka asik ngadu Ayam, berjudi, bahkan pesta miras.

'Lihat saja, Ratih! Aku akan membawamu ke istanaku tidak lama lagi. Aku sudah kaya! Dan siapa yang tidak kepincut dengan uang, aku akan  membawa kamu kepangkuan ku kembali.' lamun Anggara tersungging dari sudut bibirnya.

"Eh, Akang sudah pulang?"

Seorang wanita cantik berambut pirang datang menghampiri Anggara dengan manja.

                  ^_^^_^^_^

   Tak jauh dari kota cikarang yaitu kota Bekasi tampak seorang pemuda duduk di kursi roda dengan balutan perban di kepala, asik berjemur di tepi kolam renang. Tiba-tiba datang seorang nenek dengan menggunakan tongkat menghampiri dirinya.

"Kalau sudah panas lebih baik ke dalam, lihat! Keringatmu sudah buanyakk..."

"Eh, Nenek ." Ucap pemuda yang tak lain adalah Biantoro.

"Sebentar lagi Nek, aku senang melihat ikan koi di kolam ini. Aku tak menyangka kalian berdua bisa mewujudkan semua ini. Kalau bukan karena Nenek yang sudah membawa kita ke sini, mungkin kami sudah jadi gembel."

"Berterimakasihlah pada sang pencipta, semua ada waktu dan masanya. Kerja keras ibumu selama sepuluh tahun lebih, merawat dan berjuang sendiri demi buah hatinya yang menjadikan dirinya kuat." Sambil menepuk pundak Bian perlahan.

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang