PERTEMUAN 35

68 11 0
                                    

"kau memang licik, Anggara. Aku akan buat perhitungan dengan kamu."

     Ulah sombong / Pupuh Pucung

Urang moal matak salangkah mundur
Lamun nempo sia
Sok kadieu maneh jurik
Bisi hoyongen di Kadek sirah sia

Ulah balaga mun masih hoyong hirup
Tobat ka pangeran
Ulah ngaluhurreun langit
Ulah sok sombong bisi matak cilaka

Hirup di dunya mah ngan osok sakedeung
Mun balaga modar
Harta babari di cokot
Da hirup mah aya nu kuwasa

                            By. Tazkia & Layla

Artinya ;

Saya tidak akan selangkah mundur
Kalau melihat kamu
Coba kesini kamu setan
Kalau kepingin kepala kamu di bacok

Jangan sombong kalau masih ingin hidup
Tobat ke pada Tuhan
Jangan melebihi langit
Jangan suka sombong takut nanti celaka

Hidup di dunia sih hanya sebentar
Kalau belagu mati
Harta gampang di ambilnya
Karena kehidupan ada yang lebih berkuasa

Orang tersebut bersenandung dengan perasaan marah, kesal, sambil terus memata-matai Ratih dan Anggara lalu pergi menghilang.

    🤍🤍🤍                

    Sementara itu di Bekasi orang yang ditolong Nenek Sekar siuman.

"Kamu tenang saja, di sini kamu aman. Bagimana? Apa sudah baikan badan kamu?"

"Terimakasih kalian telah menolong saya, tetapi saya harus pergi!" Sambil meringis menahan sakit di sekujur tubuhnya.

"Kemana kau akan pergi? Kembali ke jalan bersama anak-anak Genk motor itu."

Bian yang bicara berdiri menatap ke luar jendela.

"Maafkan saya telah membuat kalian repot." Ucap pemuda tersebut sambil bangkit dari tempat tidur dan hendak pergi keluar kamar, namun...

"Duduklah! Aku bawakan makanan untuk kamu." Ucap Nenek Sekar yang masuk berpapasan menatap tajam ke arah pemuda tersebut.

"Taruh di sana makananya mbok, setelah itu kau boleh kembali." perintah nenek ke pembantunya.

"Permisi, baik Nek."

"Nenek, kau sudah bangun?" Tutur Bian menengok dan segera menghampiri neneknya.

"Mari saya bantu, menggapa nenek tak menggunakan kursi Roda?"

"Sudahlah nak, aku baik-baik saja. Hai, pemuda makanlah! Kau pasti lapar." Tandas nenek kembali melihat pemuda tersebut.

Melihat makanan yang enak ada di atas kasur pemuda itu langsung duduk di atas kasur dan melahapnya tanpa menghiraukan Bian dan Neneknya.

"Oh, terimakasih nenek. Aku sudah empat hari tak makan."

Nenek dan Bian melihat pemuda tersebut makan dengan rakus dan lahap, sampai-sampai air minum di tegukanya beberapa kali.

"Kau sudah sepuluh hari tak makan." Celetuk Bian.

"Apa?" Pemuda tersebut tersentak.

"Ya, kau sudah tujuh hari terbaring akibat narkoba yang kau gunakan."

Tambah tersentak pemuda itu dan berhenti makan dan perlahan melihat kearah Bian dan nenek. Rambut yang panjang serta bewok yang menutupi wajahnya tampak menyeramkan. Tiba-tiba ibu Sri datang.

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang