KERESAHAN MASA LALU 16.

81 10 0
                                    

   

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

   Tak terasa hari hampir menjelang sore, pupuh yang baru kembali ia langsung di hadang ki Dagol di tengah perjalanan.

"Pupuh, kemarilah!"

"Aki, ada apa?" Sedikit terkejut.

"Kemarilah! kita duduk di batang kayu yang roboh ini. Kau dari mana?"

"Pupuh hanya mengabarkan kebahagiaan ini pada Batu kesedihan Ki."

"Batu kesedihan, apa itu?" Sambil mengerenyitkan dahinya.

"Sudahlah Ki, itu gak penting. Aki sendiri mengapa menyuruhku duduk di sini?"

"Pupuh, kau anak baik. Usiamu sudah sepuluh tahun kau tambah besar. Lihatlah burung jalak di atas pohon sana, si jantan dan betina bergantian saling melindungi, menjaga, anaknya dari predator. Seperti ular, burung elang, musang dan yang lainnya. Intinya tak ada seorang ibu yang ingin membuat anaknya celaka. Ibumu telah lama sakit, hati dan perasaannya baru sembuh dari luka lama. Kau paham apa yang Aki bicarakan?"

Pupuh hanya diam mencoba mencerna kata-kata Aki Dagol.

"Aku tahu! Kau pasti kecewa pada kami yang telah menyembunyikan tentang Ayahmu. Semua itu kami lakukan, karena kami sayang dengan kamu. Maksud Aki, kau harus bersabar dan jangan buat ibumu marah. kau jaga ibumu baik-baik, kalau tidak! Ia akan termakan serigala. Mengerti neng geulis?"

"Apa maksudnya termakan Sri gala, Aki?"

"Kelak kau akan tahu sendiri, Pupuh. Ya sudah, hanya itu pesan Aki. Sana pulang sebentar lagi magrib!" Oh, iya. Pisangnya enak. Hatur nuhun."

"Sama-sama ki, Pupuh pulang ya Ki mau sholat di langgar."

"Oh, bagus itu. Hati-hati jalannya."

"Baik Ki."

"Kasihan anak itu! Cobaan apa lagi yang akan di terimanya. Anggara apa yang membuatmu terus mencari kami?" Gumam Ki Dagol sambil menarik nafas dalam dan menghembuskanya serentak lalu beranjak pulang.

                        ^_^^_^^_^

"Dari mana saja neng geulis jam segini baru pulang?"

"Eh, Nenek. Gak dari mana-mana Nek, cuma main saja di atas bukit. Rasanya seperti mimpi Nek. Aku hanya ingin berteriak, bahwa aku sedang bahagia. Ibu sudah siuman Nek?"

"Ibumu sedang tiduran di kamarnya bersama Ayahmu."

Pupuh berjalan menunduk menuju kamarnya.

"Pupuh, kau baik-baik saja kan?"

"Tenang saja, Nek. Pupuh mau sholat di langgar ah, Nek."

"Kamu gak cape? Langgar kan di perbatasan kampung."

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang