PENGEJARAN 29

76 11 0
                                    

"Tante mobilnya bagus sekali." Ucap Pupuh sambil meraba interior dalam mobil.

"Iya, Tante seharusnya kesini tak pakai mobil baru. Pulang dari sini! Ini mobil pasti jadi mobis bekas, karena askses jalan ketempat kalian jalannya jelek sekali, bah."

"Maklum Tante, namanya juga di pelosok kampung, benar tidak Agung?"

Agung hanya mengangguk tersenyum.

"Masih jauh tempatnya Tante?"

'sialan anak ini banyak tanya sekali dia, tak tahu apa kepalaku hampir copot akibat mobil yang goyang-goyang.' pikir Tante gendut.

"Hey, kenapa temanmu diam saja? Tadi di luar dia cetar sekali bicaranya di dalam mobil dia diam."

"Jawab Agung? Kau di tanya pak kumis tuh!"

Agung masih saja diam, mulutnya terkunci rapat. Dengan isyarat ia menyuruh mobil berhenti.

"Apa maksudmu Agung? Kau ini aneh."

"Berhenti..." Teriak Agung.

Pak kumis pun terkejut dan replek menginjak rem. Tante gendut emosi di buatnya hampir terjeduk. Agung menggebrak-gebrak engsel pintu dengan tangan kanannya untuk di bukakan pintu. Tapi sayang pak kumis tak membukakan pintu.

"Hey, Agung, apa maksud kamu?"

Karena tak dibukakan pintu akhirnya Agung muncrat muntah membasahi jok mobil.

"Aduh... Kumis, bagaimana ini?"

Pak kumis segera membukakan pintu.

"Aduh... Agung, Agung kenapa tak bilang kalau kau mau muntah? Aduh, bau sekali muntah kamu."

Akhirnya dengan terpaksa mereka berhenti di tengah-tengah sawah kembali, Agung dan Pupuh segera membersihkan mobil dengan air sawah yang bening dan sejuk. Setelah selesai mereka membersihkan diri di saluran air terdekat di bawah jalan aspal. Sementara Tante gendut berkoar-koar meluapkan emosinya.

"Kurang ajar sekali mereka, kumis. Kalau sudah sampai akan aku pites kepala mereka berdua, bah."

"Benar itu Tante, kalau saja imbalan tidak besar aku males ke sini lagi."

"Alah... kau juga kan yang membawa bocah laki-laki itu. Bikin repot aku saja mereka, bah."

"Kalau begitu kita harus minta imbalan yang tinggi Tante, Tante fhoto saja jalan ini sebagai bukti. Ayo, Tante, kau telepon orang Singapura itu."

"Tunggu lah! di sini susah sinyal, kumis. Ok, baik, ada nih!"

Setelah menegosiasi harga dan yang lain sebagainya, Tante gendut melompat kegirangan dengan tubuhnya yang tambur.

"Dengar kumis! Mereka mau membayar kita lima puluh juta bersih, bah. Diluar visa dan segala macamnya dengan catatan mereka harus sehat."

"Benar itu Tante?"

Tante menganggukan kepala, tanpa disadari mereka. Agung dan Pupuh yang sudah kembali mendengarkan percakapan mereka.

"Jadi mereka ingin menjual kita, Pupuh?" Bisik Agung.

Tiba-tiba Agung dan Pupuh mendekati mereka, hingga mereka tercekat di buatnya.

"Jadi kalian ingin menjual kami" ucap Agung kencang.

"Siapa yang mau jual kalian? Kalian pasti salah dengar!"

"Orang kita mau jual mobil ini ke orang Singapura, biar kita bisa beli mobil baru. Benar tidak Tante."

"Iya, betul sekali itu bah."

"Alah, kalian ngeles lagi. Ayo, Pupuh kita pergi!"

"Hey, tunggu! Kalian mau kemana?"

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang