🧚♀️🧚♀️🧚♀️🧚♀️Seketika wajah Anggara memerah, ia menatap wajah Ki Dagol dengan rasa serba salah.
"Ya, tunggu Ratih! Aku datang." Teriaknya.
Anggara terasa terselamatkan oleh Ratih.
"Alhamdulillah kau datang sayang, aku takut."
"Kau takut! Dengan siapa, kang?" Sambil mengernyitkan dahinya.
"Itu, aduh... itu."
"Itu itu!" Ratih segera masuk kerumahnya, di lihatnya di sana tidak ada siapa-siapa.
"Hati-hati kang! Di sini kampung, masih hutan. Jangan aneh-aneh ah, nanti ketemplokan."
"Kau, kau tak melihat orang di dalam? Tanya Anggara dengan sedikit kikuk.
Ratih menggeleng.
"Sudah! Kau bantu aku jemurkan pakaian!"
'Aneh, kemana centeng tua itu pergi? Dari mana ia tahu, bahwa aku yang membunuh si Bian itu? Huu... Biarkan saja toh tak ada bukti atau saksi, bahwa aku yang membunuh.' pikir Anggara dalam benaknya.
Setelah selesai dan memasang pintu kamar, Anggara duduk di teras rumah sambil lamunannya melayang pada ucapan Ki Dago.
'Ini gawat, aku harus segera pergi dari kampung ini. Tapi tidak, itu tidak penting. Apakah Nenek tahu perihal Bian? Oh..., sialan centeng ini merusak rencana ku. Sebelum mereka membayar semuanya dan mendapatkan Ratih aku takakan pergi dari kampung ini.'Batin Anggara.
"Kamu kenapa kang? Kok seperti orang bingung. Nih! Kopimu."
"Terimakasih, Aku hanya sedang berfikir. Bagaimana caranya kita bisa hidup di sini? Sepi, sunyi, gak ada listrik, Televisi, mau ke warung jauh, susah lagi cari uangnya. Lama-lama membosankan."
"Yah, disyukuri saja Kang. Di sini sudah dapat makan saja beruntung."
"Kamu gak ingin apa tinggal di kota bersamaku? Oh, iya. Tolong kau jangan beritahu ibumu atau siapapun, bahwa aku memiliki rumah di kota. Biar itu jadi rahasia kita berdua. Aku berjanji kau akan jadi ratuku di sana dan kau pasti akan memiliki Hp canggih itu!"
'Memang benar sih kata Akang, di sini membosankan, sepi, tetangga juga berjauhan dingin lagi'lamun Ratih sesaat.
"Aku gak tahu, Akang. Kasihan Nenek gak ada yang bantuin kalau aku pergi."
"Lho kang! Mau kemana?"
"Aku mau ke balai Desa barangkali saja bisa cash hpku."
"Disini saja cashnya Kang."
"Ngawur kamu, di sini tak ada listrik. Aku berangkat!"
"Oh iya, aku lupa."
Saat Ratih masuk ke dalam rumah, tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pupuh Cinta Untuk Ibu
General Fictionᴮᵒˡᵉʰ ᶠᵒˡˡᵒʷ ᵈᵘˡᵘ ˢᵉᵇᵉˡᵘᵐ ᵇᵃᶜᵃ ˢᵘᵖᵃʸᵃ ᵗⁱᵈᵃᵏ ᵏᵉᵗⁱⁿᵍᵍᵃˡᵃⁿ ᵃᵘᵗʰᵒʳ ᵘᵖᵈᵃᵗᵉ 🎀༘⋆ 𝐏𝐮𝐩𝐮𝐡 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐈𝐛𝐮 𝐛𝐲 𝐓𝐚𝐳𝐤𝐢𝐚 𝐀𝐳𝐳𝐚𝐡𝐫𝐚 • BLURB • Kisah perjuangan seorang anak yang tidak diinginkan kehadirannya, Pupuh kawih suku Sunda di...