PERTARUNGAN 40

39 11 0
                                    

"Ki Dagol, kita berhenti di sini! perutku lapar Ki. Terimakasih Aki telah menyelamatkanku."

"Sudah, tak usah kau pikirkan hal itu. Baiklah, kita istirahat di sini! Kita harus segera sampai pada stasiun terdekat."

"Tapi Ki, kalau naik kereta kita harus beli tiket dan kalau perjalanan jauh minimal kita harus dari jauh hari untuk pesan."

"Ratih, Aki senang kau telah sembuh. Kita akan naik KRL ekonomi menyambung sampai Bandung dan turun di stasiun Garut. Kalau naik kereta keamanannya lebih terjamin sekarang, Aki takjub dengan perubahan Dunia sekarang. Dunia sudah benar-benar berubah."

"Maafkan Ratih Aki, Ratih yang telah membuat semuanya berantakan, Tapi Ratih tahu siapa biang keladi dari semua ini?"

"Tenanglah! Aki sudah tahu. Aki harus berganti pakaian agar tidak menarik perhatian orang banyak. Tunggu di sini! Jangan kemana-mana! Aki akan cari makanan untuk kamu."

Sesaat kemudian Aki Dagol sudah mengganti pakaiannya dan membawa dua bungkus nasi.

"Nih, makanlah! Lalu kau ganti pakaianmu dengan menggunakan kerudung sebagai penyamaran. Kau pasti kangen dengan ibumu bukan?"

"Aki, aku...??"

"Tak usah kau bersedih. Aki yang semestinya berterimakasih dengan kamu, karena kau telah menjalankan rencana Aki dengan baik. Itulah mengapa kami selalu berpindah-pindah tempat tinggal semua demi kesembuhan kamu dan menghindari manusia bajingan itu. Aki pikir dia sudah mati. Empat tahun waktu yang cukup untuk mengumpulkan bukti dan melaporkan kejahatannya pada yang berwajib. Sekarang kita bisa pulang dengan tenang."

Akhirnya mereka pulang ke kampung halaman mereka Desa Salam yang tenang dan damai, namun saat ingin memasuki perbatasan kampung mereka di hadang si Jambul dan si Botak serta beberapa anak buah Anggara.

++++ ---- ++++

"Kalian pikir telah aman, kami sudah membututi kalian saat di stasiun dan kini saatnya kami membawa Ratih kembali ke Bos Besar."

"Tunggu, tunggu! Biarkan kami pergi kami tak mempunyai urusan dengan kalian. Apakah kalian tak ingin terbebas dari Bos kalian si Anggara itu?"

"Bang**t, banyak omong Luh Aki-aki! Sudah mau masuk lobang tanah saja belagu."

"Hajar, Jambul." Perintah si Botak.

"Ya, sudah hajar deh!"

Tak ayal lagi perkelahipun terjadi.

"Terima nih, Aki-aki!" Teriak si Botak sambil mencabut cerulit dari tasnya.

"Awas Ki!" Teriak Ratih.

"Kau, minggir Ratih! larilah ke kampung Salam temuin Ibumu." Teriak Ki Dagol.

"Tapi, bagaimana dengan Aki?"

"Ini sudah menjadi sarapan Aki tiap hari neng, pergilah!"

Mendengar hal itu si Jambul dan satu anak buahnya mengejar Ratih.

"Kau tak'akan bisa lari lagi dari kami Ratih."

Ratih terus berlari menyusuri jalan setapak yang menanjak.

"Oh, Aki, aku harus kemana? Aku sudah lupa jalan ini." Keluhnya sambil membuka kerudungnya.

Saat Aki Dagol ingin membantu Ratih ia di sibukkan dengan si Botak dan tiga anak buahnya.

"Segini saja kemampuan jawara Pasundan dari kampung Menyan yang ke sohor itu?" Ucap si Botak.

"Dulu dia jawara Bos sekarang sudah menjadi kambing tua, loyo haha... "

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang