BEBAN 25

81 11 0
                                    

🤍🤍🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🤍🤍🤍

Seketika Ratih yang pingsan berada pada dunia yang lain. Tampak ia terjatuh pada sebuah taman yang cantik dan indah yang dikelilingi bunga Matahari begitu mempesona.

"Oh, di mana aku?" Tempat ini?"

Tiba-tiba dari atas awan yang lembut, putih, bersinar cerah seperti kapas. Melayang seekor burung angsa bermahkota bersama seorang pangeran, turun datang menghampiri Purwatih yang sedang terbaring di rerumputan.

"Ratih, Ratih, bangunlah!"Ucap suara tersebut lirih penuh kasih sayang dan kelembutan. Sambil datang mengulurkan tangan untuk membantu Ratih yang terjatuh.

"Kau??" Ratih menatap dengan penuh kebahagiaan, saat ia menyongsong tangan kokoh tersebut ia pun berdiri menatap wajah pangeran tersebut dengan seksama.

"Pangeran, aku rindu kamu." mereka pun berpelukan erat melepaskan kerinduan.

"Ratih, pakailah mahkota ini! Kau akan sembuh? Kau semakin cantik. Aku tak pernah sedikitpun menghianatimu" tutur pangeran.

Ratih tersipu malu dan merasa lega, saat mereka melepaskan kerinduan dan hendak berciuman tampak seorang wanita yang Ratih kenal datang di hadapan mereka.

"Kau?"

Tanpa kata wanita tersebut menggenggam tangan pangeran dan membawanya pergi.

"Pangeran ..." Ratih bingung berteriak memanggil namanya.

"Ratih, tolong aku...!"

Ratih mengejar, namun mereka menghilang.

"Bian...." Ratih berteriak histeris. Dan ia tersadar dari pingsannya.

"Bian, kaukah itu?" Dengan deru nafas yang naik turun, keringat dingin tampak membasahi keningnya ia mencoba tenang.

"Oh, rupanya aku pingsan. Bian di mana kamu?" gumam dirinya dan saat itu juga handphone berbunyi.

"Anggara? Kenapa harus pria ini."lirih ucapannya kesal.

Ratihpun mengangkat teleponnya.

ANGGARA CALL.

"Hallo,"

"Ratih kemana saja kamu?"

"Maaf kang aku tadi di dapur jadi tak mendengar suara telpon."

"Dengar, Ratih! Seperti yang aku WA kamu harus sudah siap, mengerti."

"Iya, iya aku tahu"

CALL END

"Aduh, kepalaku" lirih Ratih sambil bangkit memegangi kepalanya yang sakit bangkit duduk di atas bale.

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang