PELARIAN 41

33 11 0
                                    

Pelarian Anggara dengan membawa Pupuh sampai pada sebuah hutan, polisi masih memburu Anggara. Lengan kiri Anggara terluka mengeluarkan banyak Darah akibat peluru yang menyerempet lengan atas kirinya.

"Diam kau, jangan sekali-kali berteriak. Ini semua karena ibumu." Sambil menuruni Pupuh dari boponganya dan menaruhnya di sudut ruangan.

"Bapak? Benarkah itu bapak?" Pupuh mengenali suara itu.

Anggara segera melepaskan pengikat tangan dan kain hitam penutup mata.

"Bapak?" Pupuh merontok memeluknya.

"Bapak, di mana kita?"

"Ah, jijik aku kau panggil Bapak. Kau bukan anakku." Sambil mendorong Pupuh, hingga ia tersurung ke belakang.

Bagaikan petir menggelegar memekakan gendang telinga. Sejenak Pupuh terdiam, lalu bicara." Ba-pak, apa maksud bapak?"

"Hey, dengar ya! Bocah tolol. Aku bukan Bapakmu, aku memang menyukai ibumu tapi tidak dengan kau."

Pupuh terdiam memandang dan menangis dalam Pupuh MASKUMAMBANG yang penuh derita dalam batinnya.

NALANGSA

Kunaon atuh kunaon diri abdi
Kacida nalangsa
Hirup asa meni watir
Kamana Kedah kamana

Hirup lieuk eweh ragap taya Gusti
Neang indung bapa
Hariwang lamun di pikir
Kamana urang rek muntang

Ku indung asa di sapirarakeun Gusti
Gaduh bapa galak
Kedah kamana SIM abdi
Tulungan atuh tulungan

By; Tazkia & layla

SENGSARA

Kenapa aduh kenapa diri ini
Begitu sengsara
Hidup terasa menghawatirkan
Kemana harus kemana

Hidup terasa tak punya siapa-siapa, Tuhan
Mencari ibu bapak
Membuat khawatir kalau di pikir
Kemana saya harus berpegangan

Oleh ibu terasa di asingkan, Tuhan
Punya bapak galak
Harus kemana diri ini
Tolongin, apa tolongin

Dalam pikiran Pupuh berkecamuk seribu pertanyaan yang tak bisa ia uraikan.

"Ba-pak" Pupuh memangil sambil berderai air mata.

"Diam!" Bentak Anggara.

"Aku bukan Ayahmu! Sekali lagi kau panggil aku Bapak, akan ku hajar kau." Sambil menahan luka pada tangannya.

'Oh, Tuhan. Mengapa semua orang selalu membenciku dan mengapa derita selalu aku alami, lalu siapa ayahku? Oh, Tuhan. Seandainya kau berikan kesempatan kedua, aku mohon! Tolong jangan kau lahirkan aku ke dunia ini. Seandainya aku bisa memilih, Tuhan jangan kau pilih aku untuk hadir ke dunia ini. Sakit rasanya menghadapi waktu dan situasi yang tak berpihak pada kita, Benci rasanya pada proses yang berjalan lambat. Aku tak miminta apa-apa darimu Tuhan, aku hanya menginginkan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuaku yang mencintaiku. Nenek, dimanakah kau? Aku kangen.' batin Pupuh menjerit sakit rasanya menerima kenyataan ini.

++++ ---- ++++

Anggara yang terlalu letih ia jatuh pingsan, karena luka menahan sakit di lengannya. Selang dua hari Anggara pingsan, akhirnya Anggara terbangun.

"Bau apa ini? Mengapa baunya enak sekali. Siapa yang membuat semua makanan ini? Dan oh, siapa yang membungkus luka lenganku?" Gumamnya.

"Maakanlah! Bapak pasti lapar. Beruntung lukanya hanya sobek sedikit, walaupun demikian lukanya harus segera di obati agar tidak infeksi dan membuat Bapak pingsan. Ini minumlah! Tak jauh dari sini ada aliran air, airnya sangat jernih sekali."

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang