BISNIS ILEGAL 38

55 11 0
                                    

"Sudah terus jalan lurus jangan menengok ke arah belakang, jangan pedulikan apapun aku akan menyusulmu segera."

"Neng, temannya kok gak berhenti!"

Saat Ratih menoleh.

'Anj**g ini cewek cakep banget, sayang di pertigaan kalau di pojok komplek udah gue gasak.' pikir mata keranjangnya.

"Neng, kok cakep amat. Boleh kenalan gak sih!"

Ratih hanya mengangguk.

"Perkenalkan nama Abang, Abang Bagus, Eneng siapa namanya?" Sambil menjulurkan tangan dengan genitnya.

"Meleti beng."

"Bujuk buneng, nih cewek cakep tapi bindeng suaranya." Gumamnya.

"Apa neng, siapa namanya?"

"Meleti beng, di bi ang in meleti macih jak kedeng e lan."

'Eh, Anj**g gue yang budek. Apa Luh yang kaga danta ngomongnya.' pikir Bagus tercekat.

"Ude beng, Caya bulu-bulu di uungin Ema." Ratih yang berpura-pura bindeng langsung pergi.

Bagus yang masih terkesima di buat bengong.

"Ya, ampun. Tuhan adil banget cakep-cakep bindeng, mana engap gue dengarnya. Bodo amat ah, yang penting cakep orangnya." Gerutunya.

"Hai, neng. Hai.... Yah! Sudah jauh. Biarin deh cakepan juga yang di rumah biar buluk-buluk juga hehe...."

Orang tersebut langsung berjalan dan berjaga di rumah besar itu tanpa curiga.

                       ^_^^_^^_^

   Sementara itu Anggara sudah berada di tempat Ratih.

"Sayang, Akang pulang nih!

Tiba-tiba suara handphone berbunyi.

ANGGARA Answer.

"Hallo, Ada apa codet?"

CODET

"Maaf Bos, anak-anak belum dapat menemukan si Brewok"

ANGARA

"Cari dong! Dia tak'akan bisa pergi jauh. Dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi di sini."

CODET

"Baik Bos, Satu hal lagi Bos. Kapan anak-anak ini kita berangkatkan?"

ANGGARA

"Sabar Codet, tidak lama lagi."

Tiba-tiba Ratih nongol depan pintu.

"Oke, Codet nanti aku telepon kamu."

CALL AND

'Codet, siapa dia?' pikir Ratih.

"Aduh, Ratih sayang, Kamu kemana saja?"

"Kamu sendiri, pasti pergi lagi kan!"

"Oh, Ratih sayang. Maafkan aku, karena aku sibuk sekali akhir-akhir ini."

"Kamu dari mana?"

"Nih, beli rujak buah kesukaanku." Sambil mengangkat bungkusan mika yang berisikan buah dan berjalan masuk dapur.

Anggara mendekat dan memegang kedua pundak Ratih dari belakang sambil merengek.

"Oh, sayang. Ayolah! nanti kalau Bisnisku berhasil kau kuberikan mobil, bagaimana?"

Anggara mencium pipi Ratih, Ratih sedikit tersentak.

'ih, dasar mafia'

"Terserah akang saja."

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang