TERCEKAT 13.

84 9 0
                                    

    

🧚🧚🧚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🧚🧚🧚

    Hari semakin siang, di bagian tebing sungai Salam begitu menyeramkan dengan arus air yang deras dan bergejolak.

"Ratih, tolo... ng. Jangan kau lakukan itu!"

Rupanya Ratih tak memperdulikan ucapan Nenek, dia pun menoleh kearah Nenek dan Pupuh sambil tersenyum tipis . Lalu tiba-tiba Ratih melangkah ke arah jurang dan Nenek berteriak bersama Pupuh.

"Ratih jangan..."

"Ibu..."

Tubuh Ratih meluncur lurus dengan segala keikhlasan.

"Ratih... anak ibu."

"Byuuur ... " Suara air menerima tumbuh Ratih.

Tubuh itu pun masuk kedalam sungai dan bayangan kedua anak tersebut seketika lenyap di telan buih air sungai yang bergejolak. Ratih tersedot masuk ke dalam pusaran air, dan tanpa di ketahui mereka kepala Ratih terbentur bebatuan.

Nenek pun segera ingin meraih Ratih yang melompat, namun dengan cekatan Pupuh menarik tangan Neneknya.

"Nenek... sudah Nek, Sudah!" Hingga mereka tersungkur ke tanah.

"Ratih anakku." Nenek menangis pilu.

Untuk sesaat perasaan mereka tak menentu.

"Apa yang Ibumu pikirkan, Pupuh? Hancur sudah penantian untuk menebus kesalahan Nenek, Ratih... " Rintih Nenek, menangis histeris.

"Oh, Tuhan. Tolong selamatkan lah dia, dia anak baik. Aku tak ikhlas jika kau mengambil dia." Lanjut nenek.

'Ya Tuhan, tidak adakah sedikit kebahagiaan untuk kami. Berpuluh-puluh tahun aku menunggu kasih sayangnya, kini harus kandas ditelan sungai Salam.' pilu Pupuh.

Pupuh hanya bisa merangkul Nenek dan hanyut bersama isak tangis Nenek, namun Pupuh segera menyadarkan Nenek.

"Nenek, bangun nek! Ayo Nek, kita telusuri sungainya. Barangkali saja ibu masih hidup."

"Kamu benar Pupuh, ayo! Kita cari."

Mereka bangkit berjalan menuruni tebing dengan hati-hati. Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang.

"Rose.., Ratih masih hidup!"

Mereka terperanjat mendengar teriakan seseorang dari bawah tebing yang tidak asing di telinga mereka.

"Nek, dengar itu? Itu suara Ki Dagol!"

Nenek segera bersemangat berlari kecil di ikuti Pupuh dari belakang.

"Masyaallah, Ratih... "

"Tunggu aku Nenek!"

Sesampainya di bawah tebing di sisi sungai, sudah ada beberapa warga yang bergerombol. Ki Dagol yang basah kuyup membopong Ratih berjalan pulang.

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang