SESAL DAN BAHAGIA 27

80 11 0
                                    

   

🤍🤍🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🤍🤍🤍

  Siang itu di sebuah rumah tampak Bian sedang berbicara di sebuah taman samping rumah

"Bagaimana suster? Kau menemukan sesuatu yang aku pinta."

"Sudah tuan, tapi saya takut."

"Kau tak usah takut biar aku yang bertanggung jawab."

"Ini tuan, sekarang tempat itu di biarkan menjadi hutan setelah sepuluh tahun. Dan ini tuan! Berita yang paling miris, bahwa tempat tersebut tadinya selalu di gunakan untuk tempat judi kelas kakap. Di perkirakan tiga Desa dan sebanyak 300 jiwa yang mati tertimbun longsoran tanah bergerak atau yang bisa di sebut liquitvaksi. Tapi aneh kenapa tiga desa penduduknya sedikit?"

Bian tertunduk lemas.

"Itu karena Desa mereka terpencil jauh di pelosok. Sudah sus, kau boleh pergi!"

Mendengar perintah, suster pun segera pergi dengan perasaan aneh.

'ah, sudahlah bukan urusan ku'gerutunya.

Saat sedang beranjak pergi, tiba-tiba suara seseorang mengagetkannya.

"Ada apa sus?

"Ibu, eh ibu."

"Ada apa? Kaya orang bingung."

"Ibu, Itu lho! Gak, gak ada apa-apa. Ibu."

Ternyata ibu Sri muncul.

"Ayo, aku gak suka berbohong lho!"

Akhirnya suster menceritakan semuanya. Ibu segera berlari ke arah teras samping rumah dilihatnya Bian termenung.

"Ratih, itu berarti. Kau dan keluargamu?" Maafkan aku Ratih, aku tak berdaya." Gumamnya.

"Bian" lirih ibu menyapa, seakan merasakan apa yang ia rasakan.

Bian segera menghela nafas panjang, perlaha Ibu mendekat dan memeluk putranya.

"Ibu, kau sudah pulang?"

"Hari ini kau terapi berjalan ibu gak ingin kau sedih."

Ibu Sri menatap dan mengusap air matanya. Mereka hanyut dalam luka yang teramat pedih dan sakit.

Nyesel / Pupuh Magatru

Aduh ... Gusti kunaon jadi karieu
Hate abdi jadi nyeri                     
Lamun ningali nu hebeul           
Meni asa hoyong ceurik               

Kakasih tercinta di kantun di lembur
Asa teu berdaya diri
Kumaha, dimana, anjeun
Hariwang hate sim kuring

Hate asa sok sedih asa leungiteun
Kedah kumaha sim kuring
Da abdimah teu ngantunkeun
Takdir teu bisa di pungkiri

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang