°
°
°
°
°"Apa perlu kita lanjutkan permainannya.?"
Shoichi memandang mereka dengan teliti. Tak seorang pun yang terlewat dari pandangannya.
Yang di beri pertanyaan Shoichi pun hanya diam membisu. Tak ada yang berniat memberi tanggapan dan jawaban. Bahkan beberapa dari mereka membuang wajah saat bertemu mata dengan Shoichi.
"Kenapa semua diam saja. Mana tadi yang teriak-teriak ingin melawan ayahku. Maju dan kalahkan aku dulu agar kalian juga cepat bisa melawan ayahku."
Meskipun sudah diteriaki Shoichi seperti itu masih saja tidak ada yang bersuara. Ekspresi Shoichi mulai berubah serius. Ia sedikit tak suka saat kata-katanya di abaikan.
"Jika tak ada yang maju, aku anggap kalian semua sudah kalah. Dan jangan berani lagi muncul atau mencari masalah denganku atau orang-orang di sekitarku." Putus Shoichi.
Mereka dalam hati sedikit merasa lega mendengarnya. Setidaknya mereka tak harus melawan Shoichi secara langsung sekarang.
Pandangan Shoichi juga masih belum lepas untuk memperhatikan mereka. Sampai pandangannya jatuh pada seorang wanita setengah baya di antara para lelaki disana. Ia ingat wanita itu.
"Hei~ sepertinya aku menemukan seseorang yang aku kenal disini." Ujar Shoichi.
Ia berjalan ke arah pihak musuh. Membuat semua terheran terutama Iizuna di tempatnya. Perlahan melangkah melewati setiap orang satu-persatu. Anehnya mereka merasakan tekanan takut saat Shoichi melewati mereka.
Pandangan Shoichi masih tertuju pada wanita yang ia maksudkan tadi. Ia sejenak berhenti di depan salah satu lelaki yang seumuran dengannya.
"Hai tampan, boleh pinjam ini sebentar." Tanpa malu Shoichi melepas kacamata hitam yang di pakai lelaki tadi.
Lelaki bersurai hitam dengan belahan poni tengah itu terdiam ketakutan saat di dekati Shoichi. Kunimi Akira nama lelaki tersebut.
Saat tak mendapat jawaban dari Kunimi yang di tanya, Shoichi tanpa sengaja lebih mendekat padanya untuk bertanya.
"Boleh tidak, kalau tidak aku kembalikan lagi." Ujar Shoichi lagi.
Kunimi yang terkejut merasa jarak mereka terlalu dekat jadi gugup. Ia bisa dengan jelas melihat wajah manis dengan warna mata merah yang terkesan kuat itu.
"Ahmm..yaa boleh..simpan saja untukmu tidak apa-apa." Kata Kunimi tergugup tanpa sadar wajahnya sedikit memerah.
"Oh benarkah..kalau begitu terima kasih~." Balas Shoichi sambil mengedipkan sebelah matanya pada Kunimi. Seketika juga jantung Kunimi berdegub cepat.
Shoichi kembali berjalan dengan memakai kacamata yang di dapatnya tadi. Menutupi matanya yang berwarna semerah darah.
Disisi lain, lelaki tinggi bersurai ikal dengan potongan samping itu tengah manahan rasa panas dalam hatinya. Ia tadi dengan jelas masih melihat adegan dimana Shoichi berdekatan dengan lelaki seumurannya.
Imajinasikan saja ada sebuah kobaran api cemburu di kedua mata Kiyoomi saat melihat semua itu tadi.
Ia sudah menyumpah serapahi lelaki yang di hampiri Shoichi itu.
"Motoya, cari identitas lelaki itu. Biar kuberi dia pelajaran karena menggoda Shoyo." Kiyoomi berkata pada sepupunya itu tapi pandangannya tak lepas dari lelaki yang di maksud. "Urusan dengan si Hirugami itu belum selesai sudah muncul saingan lain."
Motoya sampai menghela nafasnya menanggapi sikap Kiyoomi. Bahkan di situasi menegangkan seperti ini ia masih bisa-bisanya cemburu.
Meskipun mendengar tapi Motoya malas menanggapinya. Ia harus fokus dengan apa yang akan di lakukan Shoyo/Shoichi.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Life { Assassin } ✓ || [ OmiHina ] ✓
Teen FictionHinata Shoyo seorang pemuda yang berwajah datar, pendiam, lemah dan selalu di bully oleh siswa lain di sekolah. Setiap hari selalu mendapat perlakuan kasar dari teman-temannya di sekolah bahkan tak jarang sampai dipukuli hingga babak belur. Tapi Hin...