Karena yang komen pada minta lanjut jadi saya lanjut aja, lagian author terlanjur buat beberapa chapter lanjutannya. Jadi sayang kalo nggak dipublis.
Yah abaikan saja tulisan di atas. Langsung baca lanjutannya.
°
°
°
°
°
_Sambungan chapter 42_"Tunggu, a-apa maksudmu Shoyo.?" Kejut Kenma mendengar pengakuan dari Shoyo tentang ayahnya itu.
Belum sempat Shoyo kembali menjawab pertanyaan yang datang padanya, tiba-tiba ia tersentak dan menunduk.
Kiyoomi yang sejak tadi terus diam memperhatikan tanpa berani menganggu Shoyo saat marah juga menyadari perubahan Shoyo.
Beberapa detik kemudian Shoyo kembali mendongak dengan cepat. "Agghh..akhirnya berhasil keluar juga, susah sekali mengajaknya bertukar." Gumamnya dengan iris mata yang sepenuhnya sudah berubah merah darah.
"Shoyo apa maksud ucapanmu tadi. Kau tidak bercanda kan." Ucapan Kenma membuyarkan perhatian Shoichi yang masih asik sendiri. Shoichi beralih menatap ke arah Kenma.
Seketika Kenma menyadari ada perubahan pada Shoyo yang ada di depannya tadi. Kiyoomi juga dari tempatnya berdiri menyadari jika itu bukan Shoyo melainkan Shoichi.
"Yoo Kenma, akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu." Ucap Shoichi dengan nada sangat santai seperti tanpa rasa marah seperti tadi. "Dan seperti yang kau dengar tadi. Aku tidak bercanda. Tsukasa Iizuna adalah ayah kandungku." Lanjutnya masih dengan nada dan ekspresi sama.
Disisi Kiyoomi ia melihat Hitoka dan Kiyoko yang berniat membuka suara namun ditahan olehnya. "Jangan sekarang, dia bukan Shoyo." Mendapat peringatan itu dari Kiyoomi, keduanya mengurungkan diri untuk bertanya dan kembali memperhatikan.
Tiba-tiba ekspresi di wajah ayah Kenma berubah kala mendengar ucapan Shoyo. "Jadi Iizuna sialan itu ayahmu." Tanyanya lagi memastikan.
"Kau ini tuli atau bagaimana. Sudah jelaskan aku bilang Tsukasa Iizuna itu ayahku..ayah kandungku." Jawab Shoichi.
"Maaf Kenma, sepertinya aku tidak bisa membantumu lagi kali ini. Aku tidak bisa membiarkan orang yang memiliki hubungan darah dengan sialan itu hidup dengan tenang." Ucapnya dingin menatap Shoichi seolah ingin membunuhnya.
"Tunggu, apa maksdmu. Aku sudah mengikuti semua perintahmu. Ini tidak sesuai kesepakatan kita. Ayah dengarkan aku." Bantah Kenma yang tentunya sangat tidak terima akan keputusan ayahnya itu.
"Kenma, kau bisa mencari penggantinya setelah ayah membunuhnya. Ayah tidak akan terima dia hidup bahagia." Ucapnya menjawab Kenma.
"Membunuh." Pekik Shoichi. Membuat yang lain melihat ke arahnya. "Tunggu, ini tidak adil jika kau membunuhku dalam keadaan aku terikat begini." Shoichi lalu mencoba melihat dan menggerakan ikatannya.
Shiochi lalu mengangkat salah satu kakinya ke atas kursi yang ia duduki. Ia kemudian berusaha berdiri dengan kursi yang masih menempel di tubuhnya ketika berdiri. Membuat Shoichi tidak bisa berdiri tegak sepenuhnya.
Setelah mendapat posisi nyaman dengan salah satu kakinya masih di atas kursi. Shoichi langsung menendangkan kakinya yang ada di atas kursi kebawah dengan tangan dan punggungnya sebagai penahan punggung kursi.
Dengan satu kali tendangan keras kursi itu patah menjadi dua antara punggung kursi dan kaki kursinya.
Mereka semua terkejut melihat apa yang di lakukan Shoichi tapi tidak dengan kedua temannya. "Haahh kalau begini kan enak berdirinya." Shoichi terlebih dulu meregangkan otot badannya karena terlalu lama duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Life { Assassin } ✓ || [ OmiHina ] ✓
Teen FictionHinata Shoyo seorang pemuda yang berwajah datar, pendiam, lemah dan selalu di bully oleh siswa lain di sekolah. Setiap hari selalu mendapat perlakuan kasar dari teman-temannya di sekolah bahkan tak jarang sampai dipukuli hingga babak belur. Tapi Hin...