Jihyun masih memeriksa berkas-berkas penting di meja Namjoon, ia terduduk di kursi yang berhadapan dengan singgasana kebanggaan pria itu. Namjoon menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, matanya terpejam rapat.
"Kau sangat lelah?" Pertanyaan Jihyun tidak mendapat respons apa-apa dari Namjoon. Terdengar dengkuran halus dari pria itu.
Jihyun tersenyum tipis. Namjoon memang sangat berwibawa dan pimpinan yang disegani di perusahaan ini atau pun perusahaan kliennya. Namun, ketika dia tertidur, pria itu seperti seorang anak yang sangat polos. Sorot tajam yang selalu ia berikan ketika sedang serius, atau pun sorot teduh kala Namjoon membagi nasihat kehidupan pada Jihyun, semua tenggelam dalam kelopak matanya.
Jihyun melihat beberapa buku bacaan Namjoon yang tergeletak di meja. Semua judulnya berbahasa inggris dan mengandung arti yang mendalam. Pantas Namjoon berwawasan luas dan berpikiran terbuka, dia rajin membaca buku dan selalu mengajak Jihyun berdiskusi tentang apa yang ia baca. Pria hebat yang selalu diberi tepukan tangan karena kelihaiannya dalam berbisnis, kini tengah tertidur dengan damai.
Gadis itu mengalihkan pandangan. Rasanya kurang sopan ia memandangi atasannya yang tengah tertidur. Gadis itu kembali pada pekerjaannya.
"Ah, mianhae, Jihyun-ah, aku ketiduran." Namjoon terbangun sembari mengucek matanya. Sesekali ia menguap dan melihat mejanya masih dipenuhi berkas-berkas.
"Tak apa, Namjoon-ssi, kau tidur saja. Semalam, kau tidur jam berapa?" Jihyun menatap Namjoon yang tengah meregangkan tubuhnya karena pegal tertidur di kursi.
"Sekitar ...," Namjoon tersenyum. "kisaran jam segitu pokoknya. Kalau aku memberitahu, nanti kau memberi nasihat tentang kesehatan dan pentingnya menjaga pola tidur."
"Tentu saja, kau juga selalu menasihatiku tentang kehidupan. Sebagai balasan, aku akan mengingatkanmu tentang nasihat kesehatan." Jihyun tertawa kecil, pertanda ia tidak begitu serius membicarakan ini.
Namjoon kembali duduk di kursi dan memakai kacamata yang tergeletak di atas meja. "Jangan sampai terlalu kelelahan. Kalau kau sakit, aku tidak bisa menyelesaikannya sendiri."
Jihyun menatap Namjoon yang menarik berkas yang tengah ia baca begitu saja. "Aku selalu meminum vitamin."
"Besok, ada meeting penting dengan klien kita dari Jepang. Berkas-berkasnya sudah siap?" Namjoon berbicara tanpa menatap Jihyun sedikit pun. Pandangannya terfokus pada berkas yang baru saja ia rebut dari tangan Jihyun.
"Sudah, aku juga sudah mengirimnya pada e-mail-mu sejak semalam." Jihyun mengakhiri ucapannya dengan senyuman. Tentu saja, peraturan yang Namjoon terapkan pada sekretarisnya adalah tidak boleh pelit senyum. Namjoon selalu menilai ketulusan seseorang dari caranya tersenyum.
"Jangan resign dalam waktu dekat, ya?" Ucapan Namjoon terdengar seperti permohonan.
Jihyun mengerutkan kening. "Kenapa memangnya?"
Namjoon tidak langsung menjawab, ia terfokus pada ponsel dan seperti tengah membalas pesan seseorang. Kemudian, ia kembali menatap Jihyun.
"Sulit untuk mendapat orang yang cekatan seperti dirimu, aku juga sulit beradaptasi dengan orang baru, sulit untuk mempercayai seseorang yang akan memegang semua rahasia perusahaan. Aku juga malas mengajari banyak hal pada orang baru, hanya buang-buang waktu." Namjoon menutup berkasnya dan membereskan sisa berkas yang tersisa di meja.
"Kenapa dibereskan? Sedikit lagi," protes Jihyun.
"Nanti kulanjutkan di rumah. Kau harus segera berkemas, jam kerja sudah habis. Pulanglah," pinta Namjoon seraya memijat kening.
"Namjoon-ssi, kau juga akan pulang sekarang, kan?" Jihyun tak bisa membiarkan atasannya masih di kantor, sementara dirinya pulang lebih dulu.
"Kau pulang sekarang, aku masih ada pekerjaan lain." Namjoon belum beranjak dari kursi, belum ada tanda-tanda ia akan pulang dalam waktu dekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away [KTH] ✅
FanficTrilogy of Maknae Line EPISODE I Perjodohan terjadi sebab kedua orang tua mereka bersahabat sejak lama. Tak disangka, mereka berhasil menjalin hubungan hingga bertahun lamanya. Namun, di tahun ketiga, semuanya kandas. Membuat mereka memutuskan untuk...