Keadaan Taehyung berangsur membaik saat ini. Bahkan, ia sudah berkeliling taman rumah sakit meski masih terduduk di kursi roda. Sahabat setianya, Park Jimin, turut menemani dan mendorong kursi roda itu menyusuri setiap lorong rumah sakit.
"Apa Jihyun tidak akan datang?" tanya Taehyung yang sudah tidak sabar menunggu kehadiran Jihyun. Bukankah hari ini Jihyun akan datang sebab libur bekerja?
Jimin menggeleng. "Aku tidak tau. Sudahlah, tak perlu memikirkannya. Nanti juga datang sendiri. Mana mungkin dia tidak peduli padamu, kan?" ujarnya menenangkan, sementara hatinya seolah disulut api sebab ingin memaki sepupunya yang menyebalkan.
"Jimin-ah, mianhae," ungkap Taehyung tiba-tiba.
"Kenapa kau minta maaf?" Jimin berjongkok, mencoba menatap wajah Taehyung.
"Aku terlihat menyedihkan, bukan? Setelah hubunganku dengan Jihyun benar-benar resmi berakhir, aku malah kecelakaan dan membuat Jihyun peduli padaku, seolah aku menjadikan ini kesempatan agar dia kembali," Taehyung tertawa hambar. "Jin-hyung bilang, aku harus benar-benar melepasnya karena aku membuatnya kebingungan."
"Maksudmu?" Jimin tak mengerti.
"Mungkin, Jihyun ingin bersama Kim Namjoon, bukan tak mungkin salah satu dari mereka jatuh cinta, kan?" Taehyung berusaha menahan air mata agar tidak terlihat cengeng di depan Jimin. "Tapi, karena keadaanku begini, mungkin Jihyun tak tega meninggalkanku, dia tak tau harus bagaimana agar bisa mengabaikanku dan tidak peduli lagi padaku."
Jimin menggeleng cepat. "Taehyung-ah, jangan bicara begitu. Jihyun benar-benar peduli padamu."
"Peduli bukan berarti dia akan kembali, kan?" Taehyung mengatakan kenyataan paling pahit. "Dia hanya kasihan padaku, bukan karena masih mencintaiku. Berhenti menghiburku dengan hal-hal yang mustahil."
Jimin menghela napas berat. "Sudah, jangan pikirkan itu. Kau harus memikirkan kondisimu agar cepat pulih. Memangnya kau betah menggalaukan Jihyun di rumah sakit, hm? Menyedihkan sekali," kelakarnya.
Taehyung tertawa kecil, tetapi pandangannya menatap kosong ke depan. "Ya, menyedihkan sekali, bukan?"
Jimin langsung bangkit dan kembali mendorong kursi roda untuk kembali ke ruangan Taehyung. Di luar sangat dingin, tidak baik untuk kondisi Taehyung yang belum pulih sepenuhnya.
***
"Jihyun," Namjoon menyingkap surai yang menutupi wajah Jihyun dan meletakkannya di belakang telinga. "izinkan aku untuk mengisi hatimu. Setidaknya, beri aku kesempatan untuk menyentuhnya."
Jihyun tertegun dengan ucapan Namjoon barusan, beruntung ia tidak terbatuk lagi. Melihat Namjoon sedekat ini, jemarinya menyentuh rambutnya, sungguh di luar dugaan.
"Apa kau takut aku sakiti?" tanya Namjoon yang tak kunjung mendapat jawaban dari Jihyun.
Jihyun masih terdiam.
"Aku terlalu takut untuk menjanjikan sesuatu yang tak pasti. Aku takut suatu saat aku tak sengaja menyakitimu tanpa sadar, dan kau anggap aku mengingkari janji itu. Percayalah, aku pun tak pernah ingin membuatmu terluka," ungkap Namjoon sungguh-sungguh.
"Namjoon-ssi, aku baru menyelesaikan hubunganku dengan Taehyung, ya ... meski sebenarnya kami sudah putus lima bulan lalu. Aku akan memberimu kesempatan, tapi kumohon, jangan pernah mengecewakanku. Aku terlalu sulit untuk mempercayai seseorang. Aku terlalu takut mengalami luka yang serupa dengan yang kudapat pada hubunganku sebelumnya." Hanya itu yang dapat Jihyun katakan. Ia tak bisa mengumbar kata cinta seenaknya, ia masih banyak pertimbangan dan tak bisa memutuskan dengan cepat.
Detik berikutnya, Namjoon tersenyum, menatap kedua binar itu penuh harap. "Tapi, Jihyun, aku egois. Aku hanya ingin menjadi satu-satunya yang menempati hatimu. Aku harap, kau bisa melakukannya," pinta Namjoon terkesan memohon.
Jihyun menjerit sembari mengacak-acak rambut. Rasanya tak percaya dengan apa yang terjadi antara dirinya dan Namjoon. Mengapa ia mengiyakannya begitu saja? Mengapa Jihyun memberi Namjoon kesempatan?
Bukan berarti Jihyun merasa itu membatasinya berhubungan dengan Taehyung, sebab selama ini Jihyun juga berusaha keras melakukan itu. Ia terlalu takut menjalin hubungan baru, apalagi Namjoon yang notabenenya adalah seorang pimpinan perusahaan. Bukan tak mungkin hubungannya dengan Namjoon akan menjadi bahan gunjingan semua orang.
Dan konsekuensi yang harus Jihyun jalani adalah menahan diri untuk tidak mengunjungi Taehyung di rumah sakit. Kini, ia harus membatasi diri meskipun tadi Namjoon mengizinkannya untuk pergi. Jihyun hanya tak ingin keputusannya untuk move on kembali goyah dengan bertemu Taehyung terlalu sering.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar singkat, ada pesan masuk dari Jimin.
KAU SEDANG APA, PARK JIHYUN?!
TAEHYUNG MENUNGGUMU SEJAK TADI!!!Jihyun mendecak kesal. "Park Jimin! Kenapa kau selalu menyebalkan?"
Baru saja, Jihyun akan mengetikkan balasan, tetapi Jimin menelepon.
"Jihyun, mianhae, aku tidak memaksamu datang."
Jihyun tertegun, itu bukan suara Jimin, melainkan Taehyung.
"Yak, Kim Taehyung! Kembalikan ponselku." Nah, ini baru Jimin.
"Kau boleh menjengukku sesekali kalau kau senggang. Tak perlu mencemaskanku lagi, aku sudah mulai membaik sekarang. Sebentar lagi, Jin-hyung dan istrinya datang, kau tak perlu ke sini."
Jihyun tersenyum tipis. "Mianhae, tadi aku ada pekerjaan."
"Gwaenchana, kau sudah menungguiku cukup lama saat hari pertama, kuharap, kau bisa beristirahat dengan tenang."
"Kau juga, harus cepat sembuh, jangan membuatku selalu cemas," pinta Jihyun.
"Dasar Park Jihyun pembohong!"
Jihyun segera menjauhkan ponsel dari telinga, suara Jimin membuat telinganya sakit. Tak lama, sambungan telepon terputus setelah terdengar pertikaian kecil memperebutkan ponsel di seberang sana.
***
Entah sudah berapa lama Namjoon memandangi cincin permata yang sudah ia beli untuk Jihyun. Jangan lupakan senyumnya yang sudah seperti orang gila. Namjoon tengah membayangkan, apakah mungkin pada akhirnya cincin ini tersemat di jari manis Jihyun? Ia tidak sabar menunggu hari itu tiba.
Ia melirik sebuah figura kecil di meja kerjanya yang ada di kamar. Itu adalah foto dirinya bersama kedua orang tuanya kala lulus S-2 di universitas London.
"Ibu, ayah, aku akan memberikan menantu yang sangat cantik pada kalian. Ibu benar, aku memerlukan wanita seperti Jihyun dalam hidupku," ungkapnya sembari tersenyum haru menatap wajah kedua orang tuanya yang sudah tiada.
Pandangannya kembali pada cincin permata yang berkilau. "Jihyun, kuharap, suatu saat, pada akhirnya kau bersedia menikah denganku, membangun keluarga kecil kita bersama."
Namjoon masih tak percaya Jihyun memberinya kesempatan meski menolaknya saat melamar tiba-tiba. Ia harap, kini ia bisa membuat Jihyun benar-benar menetap dan tak akan ada orang lain di antara mereka berdua.
Ingin sekali Namjoon menemui Taehyung dan menyuruhnya untuk melepas Jihyun sepenuhnya. Namun, Namjoon sadar, ia tidak bisa melarang seseorang untuk jatuh cinta, bukan? Tugasnya sekarang adalah meyakinkan Jihyun agar bisa memercayakan hatinya pada Namjoon. Sepenuhnya.
🐨🐨🐨
KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away [KTH] ✅
ФанфикTrilogy of Maknae Line EPISODE I Perjodohan terjadi sebab kedua orang tua mereka bersahabat sejak lama. Tak disangka, mereka berhasil menjalin hubungan hingga bertahun lamanya. Namun, di tahun ketiga, semuanya kandas. Membuat mereka memutuskan untuk...