"Namjoon-ah, kau sedang apa di sini? Siapa yang sakit?" Seokjin menghampiri Namjoon yang tengah menunggu di depan ruang UGD.
"Jin-hyung," Namjoon tak tahu harus pada siapa lagi ia mengadu. Ia benar-benar sudah tidak punya tempat bersandar lagi sekarang. "Jihyun ...."
"Jihyun?" Mendengar nama itu, Seokjin jadi mengingat kejadian seminggu lalu kala Jihyun ditusuk di perutnya. Sekarang, apa lagi?
Ya, orang yang tadi mengantar Jihyun ke rumah sakit adalah Namjoon. Tanpa tujuan apa pun, Namjoon mendatangi rumah Jihyun. Entahlah, hanya sekadar ingin melihat gadis itu dari kejauhan. Namun, dengan keberanian yang payah, Namjoon bahkan tidak mampu keluar dari mobil. Akan tetapi, tepat saat Namjoon hendak pergi, ia melihat Jihyun keluar dari rumah seraya memegangi perut dan tampak kesakitan. Tentu saja Namjoon langsung melompat keluar dari mobil dan menghampiri Jihyun.
"Jihyun kenapa? Jawab aku," titah Seokjin seketika panik.
"Aku juga tidak tau, Hyung. Saat aku datang, aku melihatnya kesakitan sambil memegangi perut dan—"
"Apa ada yang golongan darahnya sama dengan nona Park Jihyun?" Seorang perawat menghampiri Namjoon dan Seokjin. "Dia kehilangan banyak darah dan mesti segera mendapat transfusi."
"Memangnya persediaan darah di sini tidak ada?!" Seokjin nyaris marah menanyakannya.
"Hari ini kita memiliki banyak pasien dengan golongan darah yang sama, yang membutuhkannya," sahut perawat itu.
"Golongan darah Jihyun apa, Hyung?" tanya Namjoon.
"B," sahut Seokjin singkat.
Namjoon mendecak kesal. "Aku A, Hyung."
"Ah iya, Taehyung!" Seokjin langsung teringat satu nama. Ia langsung mengeluarkan ponsel dan menghubungi sang adik.
"Apa mesti dia, Hyung?" Bukannya Namjoon egois, hanya saja ... apa mesti Taehyung? Padahal, ingin sekali Namjoon menyembunyikan keadaan Jihyun dari Taehyung, sama seperti seminggu lalu kala ia kebingungan sendiri sebab tidak mengetahui kabar Jihyun sama sekali. Bocah itu harus diberi sedikit pelajaran, pikirnya mendendam.
Seokjin yang masih menunggu panggilannya dijawab, menatap Namjoon nanar. "Kau ingin Jihyun selamat, tidak?! Taruh dulu dendammu pada adikku!"
Namjoon menggeleng cepat. "Aku tidak dendam, Hyung, hanya saja—"
"Yeoboseyo? Taehyungie, cepat ke rumah sakit sekarang, Jihyun membutuhkanmu segera. Cepat!" Seokjin nyaris berteriak di depan ponselnya sendiri.
"Cepat ke sini, nanti kau akan tau sendiri bagaimana kabarnya nanti."
"Ya, datanglah bersama Park Jimin, kau jangan menyetir!"
"Aku tunggu."
Seokjin kembali memasukkan ponsel ke dalam saku jas dan memberitahu perawat bahwa Jihyun sudah memiliki pendonor. Seokjin sangat yakin sebab beberapa tahun yang lalu, Taehyung pernah mendonorkan darah juga pada Jihyun. Tentu saja akan cocok.
"Sekarang, tenanglah, Jihyun tidak kenapa-napa." Seokjin menenangkan Namjoon.
"Bagaimana kau tau? Bahkan, kau tidak tau keadaannya sekarang," ujar Namjoon tidak setuju dengan perkataan Seokjin. Bagaimana bisa Seokjin mengatakan Jihyun tidak kenapa-napa hanya karena sudah mendapat pendonor?
"Pokoknya, kau jangan panik dulu, tenangkan dirimu. Sepertinya Jihyun terlalu banyak bergerak atau mengangkat beban yang terlalu berat sampai jahitan di luka tusuknya bisa robek," papar Seokjin menyampaikan hipotesisnya.
"Tapi kenapa bisa kehilangan banyak darah? Apa ada sesuatu yang lain yang terluka?" tanya Namjoon malah makin panik.
"Aku juga tidak tau, nanti aku akan bicara dengan dokter yang menanganinya. Tenangkan dirimu dan jangan sampai kau bertengkar dengan Taehyung atau pun Jimin nanti," peringat Seokjin dengan telunjuk yang mengarah pada wajah Namjoon. "Aku pergi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away [KTH] ✅
FanficTrilogy of Maknae Line EPISODE I Perjodohan terjadi sebab kedua orang tua mereka bersahabat sejak lama. Tak disangka, mereka berhasil menjalin hubungan hingga bertahun lamanya. Namun, di tahun ketiga, semuanya kandas. Membuat mereka memutuskan untuk...