Peristiwa itu terjadi tiba-tiba. Yang aku takutkan, hanya akulah yang akan tinggal di sini sendirian.
●●●
Matahari sudah terbenam, langit mulai menjadi gelap. Saat memasuki bangunan yang menjadi tempatnya pulang, keheningan mulai menghiasi indra pendengarannya. Hanya ada suara jangkrik yang terdengar nyaring. Selama ini, suasana itulah yang menemani Azkia.Ia terbiasa sendirian, kesepian pun sudah akrab dengannya. Nyatanya walau begitu, tetap saja ada kalanya dirinya merasa hampa dan kosong. Di saat orang lain mengatakan bahwa anak tunggal adalah posisi anak yang paling enak, selalu dituruti apa maunya, dan tidak terbagi kasih sayang. Ya—bagi Azkia memang begitu, minusnya hanya kesepian saja.
Setidaknya ia bersyukur, bisa memiliki keluarga cemara seperti ini. Kesepian bukan masalah besar baginya, asal selalu ada kedua orang tuanya di sampingnya. Selama mama dan papanya ada di dunia ini, Azkia akan selalu bahagia. Baginya, keluarga adalah harta yang paling berharga.
Malam itu, hujan turun dengan sangat deras. Petir menyambar disusul dengan suara gemuruh. Azkia memutuskan untuk berdiam diri di kamar, menyibukkan diri dengan sketsa baju yang ia buat. Hatinya terasa gelisah, itulah yang dirasakannya. Mungkin karena suasana yang hening dan guyuran hujan yang menemani malam ini.
Di tengah hatinya yang gelisah, ada telepon yang masuk di ponselnya. Sontak hal itu membuat Azkia sedikit terlonjak kaget. "Sial ngagetin aja ih!" jemarinya mulai menyentuh benda persegi panjang itu, kemudian menggeser ikon warna hijau di sana.
"Kenapa, El?" sebelah tangan Azkia sibuk menyelesaikan kegiatannya, sedangkan satunya lagi memegang ponsel.
Tiba-tiba tangan itu berhenti mengerjakan kegiatannya tadi. "H-hah?" suara Azkia sedikit bergetar.
Setelah beberapa detik, akhirnya telepon terputus. Tangan Azkia bergetar hebat, ia berusaha menelepon seseorang. Tak butuh waktu lama, orang itu langsung menerima panggilannya. "Ada apa? Kamu kok tiba-tiba telepon aku gini?" suara di seberang sana terdengar khas orang baru bangun tidur.
Beberapa detik Azkia terdiam, hingga akhirnya kalimat terlontar dari bibirnya. "Van, kamu ke rumah sekarang ya. A-ku takut, aku butuh kamu."
"Loh kamu kenapa?" nada bicara Nevan terdengar khawatir. Tidak ada jawaban dari Azkia. "Sayang? Azkia?" tetap tak ada respon, akhirnya telepon ditutup oleh Nevan.
Cairan bening mulai turun membasahi pipi Azkia. Jari jemarinya bergetar hebat, napasnya tercekat hingga dirinya memukul dadanya sendiri. Ia merasa seperti kehabisan oksigen. Setelah beberapa waktu berlalu, ada suara ketukan pintu di depan. Samar-samar terdengar seperti suara Nevan.
Mendengar itu, Azkia langsung bangkit dari duduknya. Dirinya tersandung kakinya sendiri saking terburu-buru dalam mengambil langkah. Saat akan sampai di pintu depan, dirinya malah jatuh terduduk karena merasa lemas. Karena tak kunjung ada sahutan di dalam rumah, rasa khawatir mulai menyelimuti Nevan. Tangannya mencoba membuka pintu, dan ternyata itu tidak dikunci.
Spontan ia langsung masuk ke dalam rumah Azkia. Saat di dekat ruang tamu, lelaki itu menemukan gadis yang selama ini menjadi kekasihnya tengah terduduk di lantai. Dengan langkah gontai, Nevan mensejajarkan posisinya dengan Azkia. "Hey Azki, kamu kenapa?" tangannya memegang lembut kedua lengan Azkia.
Bukannya menjawab, hanya sorot mata sedih yang ditunjukkan oleh Azkia. Beberapa bulir air mata jatuh dari manik matanya. Nevan segera menghapus air mata itu menggunakan ibu jarinya. "Coba jawab aku dulu, jangan diem aja gini."
"M-mama sama Papa kecelakaan," ujarnya dengan suara parau setelah itu diiringi isak tangis.
Nevan langsung menarik Azkia ke dalam pelukannya. "Udah jangan nangis, sekarang ada aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Unexpected
Genç KurguAzkia Barsha Prameswari, dia anak tunggal. Suatu hari, ia tidak sengaja bertemu dengan Danish. Nama lengkapnya Danish Haidar Sakya. Danish merupakan ketua dari geng CCR. Sang ketua geng ini mulai mencoba mendekati Azkia. Namun, Azkia mencoba untuk t...