PROLOG - first Impression

53.1K 3.8K 173
                                    

Assalamualaikum! aku dtang dngan cerita Kahfii!

btw, ini spin-off dari cerita Astagfirullah, Sabrina! ya. Bisa dibaca terpisah, jadi buat kalian yang belum baca AS dan mau baca ini dulu, sok boleh. cuma disini latarnya perkuliahan, kalau di AS si Kahfinya masih mondok. itu doang sii, jadi mungkin bagi pembaca LIS yg baca AS nya belakangan bakal ngerasa kaya flashback.

call me saaa! jangan author, thor apalagi min! un-bestie sii

- HAPPY READING -

***

"Aduh, mampus, telat gue."

Sosok perempuan dengan baju lengan panjang dan celana jeansnya itu terlihat berlarian di sepanjang koridor kampus dengan sebuah buku di tangannya.

Tak peduli dengan keringat yang sudah mengalir di pelipis. Intinya sekarang, ia harus bisa lolos dan mengikuti kelas.

"Semoga tuh bapak dosen belum dateng, semoga tuh bapak dosen kejebak macet, semoga tuh mobilnya tiba-tiba berenti, semo—aw."

Gadis itu meringis saat dari arah berlawan seorang laki-laki dengan jaket hitam berlari dan menabrak bahunya.

"Woi—"

"Aduh, maaf, Mba. Saya gak sengaja. Sekali lagi maaf."

Belum sempat si gadis menyahuti, sosok laki-laki itu lebih dulu berlari menjauh.

"Belum juga gue maafin!"

"Bodo, ah." Gadis dengan rambut tergerainya itu kembali berlari dan tanpa disadari arah tujuannya sama dengan laki-laki tadi.

Hingga saat di ambang pintu, keduanya masuk berbarengan. Untungnya pintu ruangan lumayan besar jadi mereka tidak terjebak di sana.

"Maaf, Pak, saya telat."

"Maaf, Pak, saya telat."

Kalimat itu terucap bersamaan dari bibir keduanya.

Mereka diam beberapa detik lalu menoleh saling melempar tatap. Dan saat itu juga keduanya baru menyadari sesuatu.

"lo juga di sini?" tanya si gadis.

"Iya. Oh iya soal tadi—"

"Kahfi Ghazi Abqary, Aila Shanum Taleetha, keluar kalian dari kelas saya."

Keduanya kompak mengalihkan pandangan. Mereka menatap sosok pria paruh baya yang berdiri di depan kelas. "Loh, Pak, tapi kan cuma telat dua menit."

"Pasti juga kelasnya baru mu—"

"Tidak ada negosiasi. Mau telat satu detik pun peraturan tetap peraturan. Telat, tidak mengikuti kelas."

"Tapi—"

"Baik, saya permisi, Pak." Belum gadis itu menyelesaikan ucapannya, Kahfi lebih dulu mengundurkan diri pasrah.

Laki-laki itu keluar.

"E-eh, lo—ck!" Aila menatap Pak dosennya lalu mendengus. "Permisi." Setelahnya ia turut keluar menyusul.

Love in sincerity (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang