CAHAYA DI LEMBAH GELAP
Pukul 19.05 WIB Kiara menutup rolling door berwarna hijau daun pisang seorang diri. Aakash tidak datang semenjak Kiara mulai berjaga. Hanya tukang cat yang tadi mengerjakan sisa pekerjaan kemarin. Itu pun sudah pulang sejak pukul lima sore.
Perut Kiara terasa lapar ketika mencium aroma sambal pecel lele yang berjarak dua pintu ruko darinya. Tadi dia hanya memakan dua bungkus roti saat di perjalanan pulang sekolah. Gadis itu segera menggeleng. Mengenyahkan rasa lapar walau aroma terasi tercium pekat di hidungnya.
"Enggak, Kiara. Lo harus cepat pulang, atau tangkai sapu bakal say hello sama lo." Kiara segera melangkah bahkan sedikit berlari agar segera sampai ke warung biasa dia belanja bahan untuk membuat gorengan besok.
Belum jauh Kiara berjalan sebuah motor menghadang jalannya. Kiara hafal betul siapa pemilik motor itu. Laki-laki yang seumuran dengannya. Mengenakan hoodie, celana putih senada dengan sepatu yang dikenakan serta masker menutupi setengah wajah. Mantan kekasihnya sejak enam bulan yang lalu. Lagi-lagi rasa rindu menyeruak di dalam dada ketika tatapan itu saling beradu. Namun Kiara harus ingat siapa dirinya. Perkataan Alesha tiba-tiba terlintas di kepalanya.
"Kiara naik!" perintah Seno.
"Enggak, Sen. Gue lagi buru-buru."
"Gue antar."
Melihat Kiara diam Seno kembali berucap. "Malam ini aja, Ki. Gue kangen sama lo."
Perkataan Seno menembus benteng pertahan Kiara. Matanya memanas seperti ingin menangis.
"Plis, sekali aja, Ki. Mau, ya?" Seno berucap lembut seraya menarik tangan Kiara. Dari dulu hanya dengan kelembutan untuk bisa meluluhkan hati gadis lugu dan selalu menyendiri yang berhasil menarik hati Seno dua tahun lalu.
Seno membawa Kiara melewati jalanan penting di kota ini. Jalan yang selalu dilalui pekerja kantoran atau pun masyarakat perkotaan. Di sisi kanan terdapat kantor gubernur dengan ukiran khas Melayu berdiri megah bersama air pancur di tengah halaman. Lalu gedung menjulang tinggi Perpustakaan Wilayah terbesar di kota ini. Bahkan Kiara sampai mendongakkan kepala untuk melihatnya. Di sebelah kiri Kiara sebuah gedung Kejaksaan yang baru dibangun belum lama ini terlihat indah saat malam hari karena sorot lampu.
Jalan Jendral Sudirman favorit Kiara dan Seno. Lampu jalan dan pepohonan tumbuh dengan indah. Kiara sangat suka suasana malam jalanan ini. Jalan yang penuh kenangan untuk dirinya dan Seno.
Tepat di depan mereka, Tugu Selais Tiga Sepadan berdiri dengan kokoh. Lalu ada kantor walikota lama yang saat ini sudah berpindah tempat yang bersebelahan dengan Mall Pelayan Publik kota ini. Seno membawa Kiara pada sebuah taman Ruang Terbuka Hijau tengah kota. Selain jalan Jendral Sudirman, Kiara suka suasana taman ini.
Jika malam akan sangat ramai. Berbagai penjual makanan dan minuman berbaris di sepanjang jalan yang membelah taman ini. Muda-mudi yang sering mengunjungi taman ini. Hal yang paling Kiara sukai dari taman ini adalah menyewa sepeda listrik bersama Seno. Mengelilingi taman dengan membawa ponsel untuk merekam momen dan sebungkus makanan bernama Crepes untuk menemani perjalanan mereka. Berdurasi tiga puluh menit mampu melepas semua beban di pundak atau pun kepala Kiara dengan menaiki sepeda listrik itu.
"Ki, udah makan?" tanya Seno sebelum mereka beranjak dari area parkir.
"Mau naik itu." Kiara menunjuk jajaran sepeda listrik dengan kerlip lampu warna-warni.
Seno tersenyum di balik maskernya. Sudah lama dia dan Kiara tidak menaiki kendaraan itu. Mengamit lembut tangan Kiara siap membawa gadis itu berkeliling. Seno selalu bisa menjadi pengemudi handal untuk Kiara.
![](https://img.wattpad.com/cover/320934625-288-k69505.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTOR [END]
Teen Fiction‼️FOLLOW TERLEBIH DAHULU‼️ *** Keadaan ekonomi yang memprihatinkan serta sikap ayahnya yang kasar dan tidak mau menafkahi keluarga membuat Kiara terpaksa bekerja paruh waktu di penghujung masa SMA-nya. Kehadiran pria dewasa bernama Aakash Mahendra...