38. TAK PERNAH MENYERAH

117 16 0
                                    

TAK PERNAH MENYERAH

Kiara berlari mencari Aluna keseluruh ruangan yang ada di SMA Harapan Bangsa. Kiara sudah memeriksa di kantin, ruang perpustakaan dan terakhir di kamar mandi namun Aluna tak di temukan di mana pun. Gadis itu menghilang ketika Kiara dipanggil oleh Bu Maisa. Kini langkah Kiara tertuju pada ruang paling ujung dari gedung ini. Yakni ruang bela diri. Kiara yakin Aluna pasti berada di ruangan itu.

Kiara mengintip dari balik pintu ruang latihan yang terbuka. Benar saja Aluna sudah berganti pakaian serba hitam serta sebuah sabuk terikat di pinggangnya. Dia tidak sendiri. Banyak murid dari kelas lain yang berlatih untuk meningkatkan kemampuan mereka.

"Aluna!" Kiara memanggil dari luar. Aluna tak mendengarnya karena sibuk dengan murid yang lain. Sementara seorang siswa melihat kehadiran Kiara dan mendatangi Aluna bahwa ada yang mencarinya.

"Kak Aluna ada yang cari tuh." Aluna sontak melihat ke arah pintu dan senyumnya mengembang ketika melihat Kiara. Jarang sekali Kiara melihatnya latihan seperti sekarang.

"Ki, masuk!" ajak Aluna namun Kiara menolaknya.

"Ada apa, Ki? Tumben banget lo nyamperin gue?" Aluna menajamkan tatapannya agar lebih fokus. Dia melihat luka di pipi Kiara dan sedikit bengkak.

"Pipi lo kenapa, Ki? Lo habis nangis, ya?" Aluna ingin menyentuhnya namun Kiara menepis tangan sahabatnya.

"Jawab gue jujur, Na. Bener elo yang bayar biaya rumah sakit Ibu?"

Aluna mengencangkan sabuk yang terikat di pinggangnya. "Enggak. Bukan gue."

Sikap Aluna yang terlihat tenang sulit membuat Kiara membedakannya apakah sahabatnya ini sedang berbohong atau tidak.

"Na, serius dong. Zio bilang elo yang bayar."

"Enggak, Ki. Bukan gue. Gue gak punya uang sebanyak itu Kiara. Lo pikir gue Seno apa?"

Kiara menatap Aluna tepat di bola mata gadis itu. Kiara tak berkedip sedikit pun. Dia ingin melihat kejujuran di mata Aluna namun nihil.

"Elo ngapain sih ngeliatin gue kayak gitu? Gue tau kali gue cantik."

Kiara semakin menyipitkan matanya terus menatap Aluna hingga gadis itu mengakuinya.

"Iya-iya gue yang bayar semuanya. Puas lo?!" Aluna berucap kesal karena Kiara mengintimidasinya seperti sekarang. "Lagian kenapa sih, Ki? Gue cuma mau bantuin lo doang."

"Astaga, Na!" Kiara menepuk jidatnya dengan rasa bersalah. "Lo kenapa gak bilang gue?"

"Kalau gue bilang lo pasti gak akan terima, Ki."

Kiara menatap Aluna dengan tidak enak. Gadis berjaket ungu itu lantas menarik Aluna untuk dipeluk olehnya. Ingin sekali Kiara menangis di pundak sahabatnya saat ini. Kiara benar-benar lelah dengan semua yang telah berlalu. Namun di satu sisi dia juga bersyukur karena didekatkan dengan orang-orang baik yang mau membantunya.

"Makasih ya, Na. Makasih banyak karena lo udah mau bantu gue dan Ibu." Aluna mengangguk di pelukan Kiara lalu sepersekian detik berikutnya Aluna terkejut mendengar kelanjutan Kiara. "Tapi gara-gara lo gue jadi salah nuduh orang, Na. Gue maluuu."

"Hah? Lo nuduh siapa, Kiara? Jangan bilang..." Aluna menatap Kiara dengan sorot curiga. "Jangan bilang lo nuduh Seno?"

Kiara mengangguk. Dia ingin menangis kencang saat ini. "Seno."

"Astaga Kiara!!" Aluna memukul pelipisnya dengan kedua telapak tangannya. Tak habis pikir dengan Kiara.

"Ya habisnya gimana.. Biasanya kan Seno yang suka nekat."

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang