SEDIKIT BERCERITA
Febby Putri—Usik—merupakan salah satu lagu yg sering di putar oleh Aakash Mahendra.
Sore ini Kiara habiskan bersama Aakash yang kebetulan tidak ada panggilan dari bos. Hal itu Aakash manfaatkan untuk mengajari Kiara agar lebih paham bagian pekerjaannya.
"Ki, apa aja yang diajarin sama Kak Meta kemarin?"
"Baru harga, Bang. Nama-nama barang yang ada di sini."
Aakash mengangguk. "Berarti sudah paham?"
"Udah, Bang. Palingan tinggal dihafalin dikit-dikit."
"Katalog sudah diajarkan?"
Kiara menggeleng. Pandangan matanya tak berani menatap Aakash saat berbicara. Bayang-bayang ayahnya masih terlalu jelas saat memaki dan memarahinya di angkot tadi. Entah kenapa dalam benak Kiara laki-laki berperilaku sama dengan ayahnya. Terlalu sulit untuknya membedakan saat ini.
"Sini ikut Abang. Abang kasih tahu jenis katalog yang sama dengan furniture yang ada di toko." Sebelum itu Kiara diperintahkan untuk membawa katalog bernama Kazel yang tadi dipegangnya. Sementara Aakash mengambil beberapa katalog lain yang tersusun di bawah tangga.
"Kiara?" Aakash memanggil ketika Kiara berjalan di depannya.
"I-iya, Bang?"
"Besok kalau kerja pakai celana panjang atau rok yang lebih panjang, ya? Tukang di sini banyak laki-laki. Abang jaga-jaga aja. Gak enak soalnya."
Kiara lantas terdiam ketika mendengar penuturan Aakash. Dilihatnya rok sekolah berada di atas lutut sekitar 10 cm. Serta kaos kaki panjang hingga betis.
"Hei, kok melamun?" tegur Aakash.
Kiara menggeleng pelan. Entah kenapa dia merasa bingung dan sedikit terkejut saat ini.
"Kiara paham kan?" ulang Aakash dengan pelan seraya membuka katalog yang dipegangnya.
"I-iya, Bang. Besok Kiara ganti."
Aakash mengangguk. Lalu meminta Kiara untuk mengamati sofa merah maroon yang saat ini ada di dekatnya. Lalu menyamakan dengan katalog yang dipegang. Tekstur lembut dan halus dari kain bludru. Namun kali ini kain itu tidak licin atau pun mengkilat.
"Bahan sofa yang Kiara pegang itu sama dengan katalog Kazel yang Kiara bawa. Bahan best seller di toko ini. Jadi kalau ada customer ingin custom sofa coba tawarkan bahan yang ini dan sebut keunggulannya. Kecuali customernya ingin bahan yang lain, Kiara bisa rekomendasikan dengan katalog yang Abang pegang ini. Paham?"
Aakash begitu pelan dan lembut menjelaskannya pada Kiara. Membuat gadis remaja di hadapannya cepat sekali mengangguk. Itu yang Aakash inginkan. Dirinya sangat malas mengulang penjelasan untuk kedua kalinya.
Kiara melanjutkan pekerjaannya untuk memahami setiap bahan dari masing-masing sofa dan armchair. Sesekali Kiara membuka-buka katalog berbagai jenis motif dengan warna yang beragam pula. Kata Aakash setiap bahan yang digunakan tidak lah murah. Semua import dengan kualitas yang tak perlu lagi dipertanyakan. Mahalnya bahan baku menjadi alasan pangsa pasar yang dituju juga bukan masyarakat menengah ke bawah. Melainkan masyarakat menengah ke atas. Misalnya sekelas pejabat yang kebanyakan relasi dari bos atau pun pengusaha besar di kota atau pun luar kota.
"Bang, kalau furniture yang ada di sini bahannya dari apa aja?"
Aakash mengangkat pandangannya menatap lurus pada Kiara. Menyimpan ponsel yang tadi dimainkan. "Kayunya kita pakai Mahoni, catnya duco. Beda dari cat kebanyakan, dan juga pengaplikasiannya disemprot sehingga hasilnya lebih merata, Ki. Misalnya nih, ada customer ingin beli armchair yang ini. Kakinya kan putih nih, lalu minta diganti warna coklat atau gold, itu bisa ya, Ki. Intinya di sini kita menyediakan seperti apa yang customer ingingkan." Aakash menjelaskan seraya menunjuk armchair berwarna hijau mint dengan motif bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTOR [END]
Novela Juvenil‼️FOLLOW TERLEBIH DAHULU‼️ *** Keadaan ekonomi yang memprihatinkan serta sikap ayahnya yang kasar dan tidak mau menafkahi keluarga membuat Kiara terpaksa bekerja paruh waktu di penghujung masa SMA-nya. Kehadiran pria dewasa bernama Aakash Mahendra...